Ini adalah makalah gelombang elektromagnetik yang berjudul Sinar Ultraviolet untuk Mengdisinfeksi
Bakteri Patogen dalam Air.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dewasa ini,
peningkatan jumlah penduduk di Indonesia semakin hari semakin pesat.
Pertambahan penduduk yang semakin pesat ini haruslah diimbangi dengan peningkat
pemenuhan kebutuhan. Kebutuhan manusia yang paling utama dan merupakan
kebutuhan pokok yaitu air. Manusia dan makhluk hidup lainnya tidak akan bisa
hidup tanpa air.
Air dimanfaatkan oleh manusia untuk kepentingan rumah tangga, industry dan pertanian. Air merupakan sumber daya alam yang mutlak dibutuhkan oleh semua makhluk hidup sehingga keberadaannya yang baik secara kuantitas maupun kualitasnya harus dikelola dengan baik supaya bisa dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan manusia dalam mencapai kesejahteraan hidup.
Air untuk
kepentingan rumah tangga biasanya digunakan untuk mandi, mencuci pakaian atau
benda-benda lainnya dan yang paling penting yakni untuk diminum.
Di jaman
seperti sekarang ini yang diiringi dengan meningkatnya populasi manusia, justru
akan meningkatkan kebutuhan akan air minum. Meningkatnya populasi ini banyak
menyebabkan dampak negatif bagi kehidupan, yaitu salah satunya berkurangnya
ketersediaan air bersih. Seperti yang disampaikan
Jacques Diouf, Direktur Jenderal Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO),
saat ini penggunaan air di dunia naik dua kali lipat lebih dibandingkan dengan
seabad silam, namun ketersediaannya justru menurun. Akibatnya, terjadi
kelangkaan air yang harus ditanggung oleh lebih dari 40 persen penduduk bumi.
Kondisi ini akan kian parah menjelang tahun 2025 karena 1,8 miliar orang akan
tinggal di kawasan yang mengalami kelangkaan air secara absolut. Kekurangan air
telah berdampak negatif terhadap semua sektor, termasuk kesehatan. Tanpa akses
air minum yang higienis mengakibatkan 3.800 anak meninggal tiap hari oleh
penyakit. Begitu peliknya masalah ini sehingga para ahli berpendapat bahwa pada
suatu saat nanti, akan terjadi “pertarungan” untuk memperbuatkan air bersih
ini. Sama halnya dengan pertarungan untuk memperebutkan sumber energi minyak
dan gas bumi.
Di samping bertambahnya populasi manusia,
kerusakan lingkungan merupakan salah satu penyebab berkurangnya sumber air
bersih. Abrasi pantai menyebabkan rembesan air laut ke daratan, yang pada
akhirnya akan mengontaminasi sumber air bersih yang ada di bawah permukaan
tanah. Pembuangan sampah yang sembarang di sungai juga menyebabkan air sungai
menjadi kotor dan tidak sehat untuk digunakan. Di Indonesia sendiri
diperkirakan, 60 persen sungainya, terutama di Sumatera, Jawa, Bali, dan
Sulawesi, tercemar berbagai limbah, mulai dari bahan organik hingga bakteri
coliform dan fecal coli penyebab diare. Menurut data Departemen Kesehatan tahun
2002 terjadi 5.789 kasus diare yang menyebabkan 94 orang meninggal. Pembabatan
hutan dan penebangan pohon yang mengurangi daya resap tanah terhadap air turut
serta pula dalam menambah berkurangnya asupan air bersih ini. Selain itu
pendistribusian air yang tidak merata juga ikut andil dalam permasalahan ini.
Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya
akan sumber daya air dimana ketersediaan air mencapai 15.500 meter kubik per
kapita per tahun, masih jauh di atas ketersediaan air rata-rata di dunia yang
hanya 8.000 meter kubik per tahun. Meskipun begitu, Indonesia masih saja
mengalami kelangkaan air bersih. Sekitar 119 juta rakyat Indonesia belum
memiliki akses terhadap air bersih. Adapun yang memiliki akses, sebagian besar
mendapatkan air bersih dari penyalur air, usaha air secara komunitas serta
sumur air dalam. Kondisi ini ironis mengingat Indonesia termasuk kedalam 10
negara kaya sumber air tawar. Menurut laporan Kelompok Kerja Air Minum dan
Penyehatan Lingkungan Indonesia, ketersediaan air di Pulau Jawa hanya 1.750
meter kubik per kapita per tahun pada tahun 2000, dan akan terus menurun hingga
1.200 meter kubik per kapita per tahun pada tahun 2020. Padahal, standar
kecukupan minimal 2.000 meter kubik per kapita per tahun.
Penyediaan air bersih bagi masyarakat erat
kaitannya dengan keluaran-keluaran kualitas pembangunan manusia, dan
hubungannya dengan tingkat kesehatan masyarakat, serta secara tidak langsung
dampaknya dengan pertumbuhan ekonomi. Namun, yang menjadi kendala sekarang
adalah pengelolaan sumber daya air yang buruk yang mengakibatkan tidak
meratanya penyebaran air. Hal ini tentu saja berdampak pada kemampuan
masyarakat miskin untuk menikmati pelayanan air bersih. Pada kenyataannya
sekarang masyarakat miskin tidak mempunyai akses terhadap air bersih. Bahkan,
masyarakat miskin harus membayar jauh lebih mahal guna mendapatkan air bersih
tersebut sehingga banyak dari mereka yang tidak sanggup membayar, harus
menggunakan air yang tidak bersih. Berbagai masalah yang dihadapi dalam
pengelolaan sumber daya air yang buruk ini antara lain yang menempatkan
Indonesia pada peringkat terendah dalam Millennium Development Goals (MDGs).
Laporan Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNDP) tentang MDGs Asia
Pasifik tahun 2006 menyebutkan, Indonesia berada dalam peringkat terbawah
bersama Banglades, Laos, Mongolia, Myanmar, Pakistan, Papua Niugini, dan
Filipina. Karena itu, mengingat pentingnya masalah krisis air bersih ini maka
harus segera dicari pemecahannya misalnya dengan metode SODIS (Solar Water
Disinfection). Metode dapat dilakukan dengan
menggunakan gelombang elektromagnetik
yaitu tenaga surya atau sinar
ultraviolet. Disinfeksi air dengan tenaga surya atau sinar ultraviolet merupakan
sebuah cara yang sederhana untuk membunuh bakteri dalam air. Metode ini sering
disebut dengan SODIS (Dolar Water Disinfection) yang biasanya digunakan oleh
rumah tangga-rumah tangga di
negara-negara berkembang dimana ketersediaan air minum yang aman cukup langka.
Mereka mengisi botol-botol plastik dengan air dan menjemurnya di bawah sinar
matahari, dimana radiasi UV dan suhu air yang meningkat membunuh bakteri
patogen dalam iar dalam waktu enam jam. Tetapi metode SODIS ini memerlukan
sinar matahari yang kuat dan volume air yang bisa disterilkan terbatas. Air
hasil proses SODIS ini biasanya tidak boleh diminum oleh anak-anak, remaja, dan
dewasa yang sedang sakit.
1.2 Rumusan Masalah
Sesuai dengan paparan latar
belakang diatas dapat kita rumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana
cara pembuatan SODIS (Solar Water Disinfection)?
2. Apakah
kelebihan dan kekurangan dari SODIS (Solar Water
Disinfection).
3.
Bagaimanakah aspek teknik SODIS (Solar Water
Disinfection)?
1.3 Tujuan Penulisan
Terkait dengan rumusan masalah diatas, penulisan ini bertujuan sebagai
berikut :
1. Untuk mengetahui tentang metode SODIS (Solar Water Disinfection) dalam
mengdisinfeksi bakteri pathogen dalam air.
2. Untuk mengetahui cara pembuatan SODIS (Solar Water Disinfection)
3. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari SODIS (Solar Water
Disinfection).
4. Untuk mengetahui aspek teknik SODIS (Solar Water Disinfection).
1.4 Manfaat Penulisan
Penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Dapat mengetahui cara pembuatan SODIS (Solar Water Disinfection)
2. Dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan dari SODIS (Solar Water
Disinfection).
3. Dapat mengetahui aspek teknik SODIS (Solar Water Disinfection).
4. Sebagai sumbangan pemikiran
kepada masyarakat agar masyarakat bisa
terhindar dari infeksi bakteri E. coli dalam air kemasan.
5. Sebagai landasan untuk
penulisan selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Gelombang Elektromagnetik
Gelombang Elektromagnetik adalah gelombang yang dapat merambat walau
tidak ada medium. Energi elektromagnetik merambat dalam gelombang dengan
beberapa karakter yang bisa diukur, yaitu: panjang gelombang/wavelength,
frekuensi, amplitude/amplitude, kecepatan. Amplitudo adalah tinggi gelombang,
sedangkan panjang gelombang adalah jarak antara dua puncak. Frekuensi adalah
jumlah gelombang yang melalui suatu titik dalam satu satuan waktu. Frekuensi tergantung dari kecepatan merambatnya gelombang. Karena kecepatan
energi elektromagnetik adalah konstan (kecepatan cahaya), panjang gelombang dan
frekuensi berbanding terbalik. Semakin panjang suatu gelombang, semakin rendah
frekuensinya, dan semakin pendek suatu gelombang semakin tinggi frekuensinya.
Energi
elektromagnetik dipancarkan, atau dilepaskan, oleh semua masa di alam semesta
pada level yang berbedabeda. Semakin tinggi level energi dalam suatu sumber
energi, semakin rendah panjang gelombang dari energi yang dihasilkan, dan
semakin tinggi frekuensinya. Perbedaan karakteristik energi
gelombang digunakan untuk mengelompokkan energi elektromagnetik.
2.2 Sinar Ultraviolet (tenaga surya)
Sinar ultraviolet atau ultraungu berarti di atas
ungu. Sinar ini berada pada selang frekuensi 10(15)Hz sampai 10(16) Hz atau dalam
daerah panjang gelombang 10(-8) sampai 10(-7) m. Sinar ultraviolet diradiasikan
oleh atom den molekul dalam nyala listrik. Energi sinar ultraviolet kira-kira
sama dengan energi yang diperlukan untuk reaksi kimia. Oleh karena itu, sinar
ultraviolet dapat memendarkan barium plating sianida, menghitamkan pelat foto
yang berlapis perak bromida, dan memiliki daya pembunuh kuman-kuman terutama
kuman penyakit kulit Pada dosis yang tepat, sinar ultraviolet dapat membantu
pembentukan vitamin D.
Sinar ultraviolet berasal dari transisi elektron terluar suatu atom. Selain
itu, matahari juga merupakan sumber sinar ultraviolet. Sinar ultraviolet dari
matahari diserap oleh molekul ozon (O3). atmosfer Sehingga tidak berbahaya bagi
kehidupan di bumi. Sinar matahari yang terlalu sering mengenai kulit
mengakibatkan kulit berwarna kehitam-hitaman
2.3 Air
Dalam UU RI No.7 Tahun 2004 dan Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor 907 Tahun 2002, disebutkan beberapa pengertian terkait
dengan air, yaitu sebagai berikut
· Sumber daya air adalah air, dan daya air yang terkandung didalamnya.
·
Air adalah semua air yang terdapat pada diatas, ataupun di bawah permukaan
tanah, termasuk dalam pengertian ini air permukaan.
·
Air Bersih (clean water) adalah air yang digunakan untuk keperluan
sehari-hariyang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila
telah dimasak.
·
Air Minum (drinking water) adalah air yang melalui proses pengolahan atau
tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung
diminum.
·
Air permukaan adalah semua air yang terdapat pada permukaan tanah.
·
Air tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di bawah
permukaan tanah.
·
Sumber air adalah tempat atau wadah air alami dan/atau buatan yang terdapat
pada, diatas, ataupun di bawah permukaan tanah.
Dalam referensi lain disebutkan bahwa air adalah
adalah senyawa yang penting bagi semua bentuk kehidupan yang diketahui sampai
saat ini di bumi, tetapi tidak di planet lain. Air menutupi hampir 71%
permukaan bumi. Terdapat 1.4 triliun kilometer kubik (330 juta mil3)
tersedia di bumi. Pemerintah telah mengeluarkan Kepmenkes NO 907 /Menkes /SK
/VII/2002 tentang Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum.
Syarat air minum sesuai Permenkes yaitu harus
bebas dari bahan-bahan anorganik dan organik. Dengan kata lain kualitas air
minum harus bebas bakteri, zat kimia, racun, limbah berbahaya dan lain
sebagainya. Parameter kualitas air minum yang berhubungan langsung dengan
kesehatan sesuai Permenkes tersebut adalah berhubungan dengan mikrobiologi,
seperti bakteri E. coli dan total koliform. Yang berhubungan dengan kimia
organik berupa arsenik, flourida, kromium, kadmium, nitrit, sianida dan
selenium. Sedangkan parameter yang tidak langsung berhubungan dengan kesehatan,
antara lain berupa bau, warna, jumlah zat padat terlarut (TDS), kekeruhan,
rasa, dan suhu. Untuk parameter kimiawi berupa aluminium, besi, khlorida,
mangan, pH, seng, sulfat, tembaga, sisa khlor dan ammonia.
Air merupakan zat cair yang dinamis bergerak dan
mengalir melalui siklus hidrologi yang abadi. Siklus tersebut adalah pertama,
penguapan dari laut ke udara sebanyak 502.800 km3 dan penguapan dari
daratan sebanyak 74.200 km3 per tahun.
Kemudian kedua, curah hujan (yang berasal dari
penguapan air dari laut dan darat , yang jatuh ke laut sebanyak 458.000 km3
dan ke daratan 119.000 km3 per tahun. Ketiga, air daratan berjumlah
44.800 km3 terbagi menjadi 42.700 km3 mengalir di
permukaan tanah dan 2,100 km3 mengalir di dalam tanah selanjutnya
semua berkumpul di laut.
Bumi sebenarnya masih mempunyai
banyak persediaan air tetapi hanya sedikit sekali air yang layak dikonsumsi.
Berdasarkan laporan World Commission On Water, dalam 20 tahun ini, air yang
dibutuhkan untuk konsumsi dunia, baik air minum maupun air untuk mengairi
tanaman, sudah tak cukup lagi. Hanya 2,5 persen saja air di dunia ini yang
tidak mengandung garam. Dan dua pertiga dari jumlah itu terkubur dalam gunung
es dan glasier. Menurut UNESCO,2005, di dunia secara garis besara total volume
air yang ada, air asin dan air tawar adalah 1.385.984.610 km3,
terdiri atas (Air laut : 1.338.000.000 km3 atau 96,54% Lainnya (air
tawar + asin) : 47.984.610 km3 atau 3.46% Air asin di luar air laut
: 12.995.400 km3 atau 0.93%
Air tawar : 35.029.210 km3 atau 2.53%.
Air tawar : 35.029.210 km3 atau 2.53%.
2.4
Bakteri Eschericia coli
E.
coli merupakan bakteri berbentuk batang dengan panjang sekitar 2 micrometer dan
diamater 0.5 micrometer. Volume sel E. coli berkisar 0.6-0.7 micrometer kubik.
Bakteri ini termasuk umumnya hidup pada rentang 20-40 derajat C, optimum pada
37 derajat.
E. Coli dengan nama panjang Escherichia
Coli, merupakan bakteri yang pada umumnya hidup di dalam usus besar
manusia, kebanyakan dari bakteri E. Coli tidak berbahaya bahkan keberadaannya
bisa dibilang menguntungkan. Berikut manfaat
dan bahaya bakteri E. Coli ini.
Manfaat
Bakteri E. Coli yang berada di dalam usus besar manusia berfungi untuk
menekan pertumbuhan bakteri jahat, dia juga membantu dalam proses pencernaan
termasuk pembusukan
sisa-sisa makanan dalam usus besar. Fungsi utama yang lain dari E. Coli adalah
membantu memproduksi vitamin K melalui proses pembusukan sisa makan. Vitamin K berfungsi untuk pembekuan darah misalkan saat terjadi perdarahan seperti
pada luka/mimisan vitamin K bisa membantu menghentikannya.
Bahaya
Dalam jumlah yang berlebihan bakteri E. Coli
dapat mengakibatkan diare, dan bila bakteri ini menjalar ke sistem/organ tubuh
yang lain dapat menginfeksi. Seperti pada saluran kencing, jika bakteri E. Coli
sampai masuk ke saluran kencing dapat mengakibatkan infeksi saluran
kemih/kencing [ISK], umumnya terjadi pada perilaku sek yang salah [anal sek]
juga resiko tinggi bagi wanita karena posisi anus dan saluran kencingnya cukup
dekat sehingga kemungkinan bakteri menyebrang cukup besar tepatnya ketika
membersihkan anus setelah BAB [Buang Air Besar] untuk itu arahkan air juga
tangan ke arah belakang saat membersihkan anus jangan ke depan agar tidak
mengkontaminasi saluran kencing.
2.5
SODIS
SODIS adalah kependekan dari Solar Water Disinfection atau
“Pembasmian kuman dalam air dengan sinar matahari“. Proses
pembasmian atau disinfeksi ini merupakan implementasi teknologi
yang sangat sederhana, yaitu menggunakan sinergi yang terjadi antara radiasi
sinar matahari (sinar ultra violet) dan panas dari matahari untuk mematikan
mikroorganisme yang terdapat dalam air.
SODIS pertama kali diperkenalkan oleh sebuah
lembaga pengembangan Iptek di Swiss yang bernama EAWAG/SANDEC di beberapa
negara termasuk di Asia. Di Indonesia lembaga ini bekerja sama dengan Yayasan
Dian Desa Yogyakarta mengembangkan SODIS dibeberapa daerah antara lain
Yogyakarta, NTT dan NTB.
Dari serangkaian uji laboratorium dan uji coba lapangan yang dilakukan oleh
kedua lembaga tersebut diatas, terungkap bahwa sinergi yang dihasilkan dari
kombinasi sinergi sinar ultra violet dan sinar matahari memberikan
dampak yang signifikan terhadap penurunan angka kuman dan kematian
mikroorganisme dalam air. Dengan demikian penggabungan kedua proses tersebut
dapat dikembangkan sebagai cara terbaik dalam memanfaatkan energi surya untuk
tujuan disinfeksi air. Uji lapangan memperlihatkan bahwa metode gabungan itu
juga secara efektif mampu mematikan bakteri Eschericia Coli.
2.5.1
Prinsip
SODIS
Paparan sinar Matahari telah ditunjukkan untuk
menonaktifkan penyebab diare organisme dalam air minum tercemar. Tiga efek dari
radiasi Matahari dipercaya untuk berkontribusi pada organisme patogen
inaktivasi:
1.
UV-A mengganggu secara langsung dengan metabolisme dan merusak struktur sel
bakteri.
2.
UV-A (panjang gelombang 320-400 nm) bereaksi dengan oksigen terlarut dalam
air dan menghasilkan bentuk oksigen sangat reaktif (oksigen radikal bebas dan
hidrogen peroksida), yang diyakini juga kerusakan patogen.
3. radiasi Infra merah memanaskan
air. Jika suhu air naik di atas 50 ° C, proses desinfeksi adalah tiga kali
lebih cepat.
Pada suhu air sekitar 30 ° C , ambang batas intensitas
radiasi Matahari sekurang-kurangnya 500 W/m2 (semua spektrum cahaya)
diperlukan selama sekitar 5 jam untuk SODIS efisien. Dosis ini mengandung
energi 555 Wh/m2 dalam kisaran UV-A dan cahaya ungu, 350 nm-450 nm,
setara dengan sekitar 6 jam lintang pertengahan (Eropa) siang sinar Matahari
musim panas.
Pada suhu air lebih tinggi dari 45 ° C , efek sinergis dan suhu radiasi UV
lebih meningkatkan efisiensi desinfeksi.
2.5.2
Mekanisme
Pengendalian Mikro Organisme Oleh Sinar Ultraviolet
a.
Efek kekeruhan
Partikel-partikel kekeruhan dalam air
menyebabkan mikroorganisme yang ada dalam air terlindungi dari proses radiasi
sinar matahari. Hal tersebut menyebabkan mikroorganisme hanya terkena efek
panas. Oleh karena itu air yang akan di SODIS haruslah jernih dan semaksimal
mungkin kekeruhannya dibawah 30 NTU.
Partikel yang menyebabkan air keruh
dapat menahan radiasi ultra violet. Terhambatnya radiasi sinar ultra
violet tersebut berdampak buruk pada proses in aktifasi bakteri dalam air. Kekeruhan
air dapat digunakan sebagai parameter untuk mengetahui tingkat
penyerapan dari radiasi sinar ultra violet.
Kekeruhan air akan, 1) mengurangi intensitas
radiasi sinar matahari, 2) mikroorganisme akan terlindung dari proses radiasi
(mikroorganisme terlindung dibalik partikel-partikel kekeruhan), 3) mengurangi
proses efisiensi SODIS.
b.
Efek radiasi sinar ultra violet
Penyinaran dengan gelombang pendek dapat membunuh bakteri dan virus.
Gelombang yang semakin pendek dapat membunuh mikroorganisme dengan lebih
efisien. Dalam hal ini, penyinaran berpengaruh pada DNA dan Enzim.
Tabel dibawah ini memperlihatkan resistensi
(daya tahan) mikroorganisme terhadap sinar ultra violet.
Organisme yang diiuji
|
Besar sinar ultra violet yang dibutuhkan untuk membunuh organime (
W.h/m2)
|
||
90 %
|
99
%
|
99,90 %
|
|
Streptococcus faecalis
|
8,90
|
17,80
|
26,72
|
Coliform
|
8,24
|
16,59
|
24,74
|
Escherichia Coli
|
6,36
|
12,72
|
19,08
|
SODIS dapat diterapkan secara efektif bilamana intensitas sinar matahari
tersedia paling sedikit 500 W/m2 selama 4-5 jam. Tingkat intensitas
itu terpenuhi pada tengah hari dengan cuaca cerah.
c.
Efek Temperatur
Mikroorganisme sensitive terhadap perubahan
suhu. Untuk mendapatkan air yang bebas kuman dengan cara SODIS suhu air
tidak harus mencapai 50°C asalkan mendapat sinar ultra
violet dari matahari yang cukup banyak. Hal ini disebabkan karena adanya
sinergi yang terus menerus antara sinar Ultra Violet (UV) dari matahari dengan
suhu air. Makin banyak sinar UV semakin rendah suhu yang dibutuhkan untuk
membunuh kuman dalam air. Semakin sedikit atau semakin singkat paparan sinar
matahari maka semakin tinggi pula suhu air yang dibutuhkan untuk membunuh kuman
dalam air.
Dari uji lapangan yang dilakukan oleh yayasan Dian Desa Yogyakarta, bahwa
tiupan angin yang cukup keras akan mempengaruhi suhu air sehingga walaupun
sinar matahari cukup, suhu air di botol SODIS tidak bisa mencapai suhu 50°C
paling tinggi suhu mencapai 40°C. Tetapi bila waktu penjemuran diperpanjang
selama 5-6 jam sehingga mendapat sinar UV lebih banyak, ternyata sama
efektifinya dengan 3-4 jam penjemuran dengan suhu yang mencapai 50°C.
d.
Efek waktu dan lama penyinaran
Waktu yang efektif dalam menurunkan jumlah
kuman E.Coli adalah pada waktu penyinaran jam 10.00-15.00, lama waktu
penyinaran selama 5 jam dengan intensitas sinar matahari sebesar 706,5 Lux/100,
dapat menurunkan angka kuman dari 3027,5/100 ml menjadi 0/100 ml.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1
Cara Pembuatan SODIS
Pada prinsipnya, SODIS dilakukan dengan menjemur
air mentah dalam wadah transparan selama beberapa jam agar panas yang dihasilkan
bersinergi dengan sinar UV (Ultra Violet) membunuh bakteri dalam air. Berikut
akan dijelaskan langkah-langkah pembuatan SODIS :
1. Sediakan
botol transparan, bening, dan tidak berwarna. Misalnya botol bekas air dalam
kemasan merk apa saja. Bisa juga dengan botol kaca/gelas. Botol tidak perlu
terlalu besar karena sinar matahari tidak akan optimal dalam memanaskan
air dalam botol yang berukuran besar.
2.
Bersihkan botol sebelum diisi air, dan digunakan untuk menjemur air.
3.
Setelah benar-benar bersih, isi botol tersebut dengan air mentah hingga
penuh, dan kemudian tutup rapat-rapat. Pastikan air yang akan diolah tersebut
cukup bening, jangan keruh. Karena sinar ultraviolet tidak akan mampu menembus
air yang keruh.
4.
Jemur dibawah terik matahari dengan posisi botol rebah (jangan berdiri).
Lama penjemuran dari pagi hingga sore, atau paling sedikit selama 6 jam. Jika
tidak mendapatkan sinar matahari yang maksimal, maka lakukan penjemuran air ini
selama 2 hari.
5. Air dalam
botol siap dikonsumsi.
3.2
Kelebihan dan Kekurangan SODIS
Keistimewaan dari SODIS adalah cara pembuatannya
yang lebih praktis, mudah dan murah, bila dibanding merebus air dengan kompor
minyak tanah atau tungku kayu bakar. Diperhitungkan biaya yang dihemat oleh
satu keluarga bila beralih dari mengkonsumsi air rebus ke SODIS adalah Rp.
438.000,- per tahun. Perincian kasarnya sebagai berikut: bila satu keluarga
(misalnya terdiri dari 6 orang) membutuhkan air minum yang bersih dan sehat sekitar
12 liter/hari, sedangkan untuk memasak 1 liter air dibutuhkan bahan bakar
seharga Rp. 100,-, maka setiap satu keluarga mengeluarkan biaya Rp 1.200,-per
hari atau Rp. 438.000,- per tahun. Jumlah yang tidak sedikit di masa bahan
bakar mahal seperti saat ini. Ada lagi keistimewaan SODIS, yakni membantu
program daur ulang limbah plastik dengan penerapan prinsip re-use, yakni dengan
pemanfaatan kembali botol plastik bekas air mineral sehingga mengurangi potensi
pencemaran tanah oleh limbah plastik.
Kelebihan dari SODIS adalah :
· SODIS
meningkatkan kualitas mikrobiologis air minum
· SODIS
meningkatkan kesehatan keluarga
· SODIS dapat
berfungsi sebagai garda pertama untuk menanggulangi masalah kesehatan karena
permasalahan air
· Sistem umum
pasokan air di negara-negara berkembang sering gagal untuk menyediakan air yang
aman untuk dikonsumsi. SODIS menyediakan pengguna individu sebuah metode yang
sederhana yang dapat diterapkan pada tingkat rumah tangga di bawah control dan
kendali mereka sendiri.
· SODIS mudah
dimengerti
· Semua orang
bisa menerapkan SODIS, dengan hanya membutuhkan sinar matahari, botol plastik
bekas, dengan biaya gratis
Kekurangan dari SODIS adalah :
· SODIS
membutuhkan radiasi matahari yang cukup. Oleh kerena itu tergantung pada cuaca
dan kondisi iklim
· SODIS
membutuhkan air yang jernih
· SODIS tidak
mengubah kualitas air secara kimia
· SODIS tidak
berguna untuk pengolahan air dalam volume yang besar
·
SODIS tidak boleh diminum oleh anak-anak dan dewasa yang sedang sakit,
anak-anak dan dewasa yang mengalami malnutrisi, orang yang menderita penurunan
sistem kekebalan tubuh (AIDS), orang yang kondisi pencernaannya tidak normal
atau kronis.
3.3
Aspek Teknik SODIS
3.3.1
Efek dari Radiasi UV-A
Sodis menggunakan dua komponen dari sinar
matahari dalam proses disinfeksi air. Yang pertama, radiasi UV-A mempunyai efek
membunuh bakteri penyakit. Komponen yang kedua, radiasi infrared menaikkan suhu
air yang dikenal dengan istilah pasteurisasi ketika suhu air dinaikkan menjadi
70o C – 75o C. Kombinasi dari radiasi UV-A dan panas yang
diproduksi menghasilkan efek sinergis yang meningkatkan efisiensi proses
disinfeksi.
Radiasi matahari dapat dibagi menjadi tiga
panjang gelombang, radiasi UV, cahaya tampak, dan radiasi inframerah. Radiasi
UV tidak bisa diterima mata manusia. Radiasi UV sangat agresif yang bisa
menyebabkan beberapa kerusakan pada kulit dan mata serta memusnahkan sel-sel
hidup. Untungnya UV-C dan sinar UV-B dengan panjang gelombang antara 200-320 nm
diserap oleh ozon di atmosfir yang melindungi bumi dari serangan radiasi.
Sebagian besar dari radiasi UV-A dengan panjang gelombang 320-400 nm bisa
mencapai permukaan bumi. UV-A mempunyai efek mematikan pada pathogen manusia
yang ada di air. Patogen ini tidak bisa beradaptasi dengan baik di konsisi
lingkungan yang tidak sesuai, pathogen ini kemudian menemukan kondisi
lingkungan yang sesuai di saluran pencernaan manusia. Oleh karena itu lebih
sensitive terhadap cahaya matahari daripada organisme lain yang ada di
lingkungan. Radiasi UV-A secara langsung berinteraksi dengan DNA, asam nukleat
dan enzim dari sel hidup mengubah struktur molekul dan menyebabkan kematian
sel. Radiasi UV juga bereksi dengan oksigen terlarut dalam air dan menghasilkan
bentuk oksigen yang sangat reaktif (oksigen free radical dan hidrigen
peroksida). Molekul yang reaktif ini juga berinteraksi dengan struktur sel dan
membunuh bakteri pathogen.
3.3.2
Efek dari SODIS terhadap Bakteri Patogen
Bakteri pathogen pada manusia mampu beradaptasi
untuk hidup di dalam pencernaan manusia, di tempat yang gelap, lembab, suhu di
antara 36o C dan 37o C. Sekali bakteri pathogen masuk di
dalam tubuh manusia, maka akan sangat sensitive dengan kondisi di luar tubuh
manusia, bakteri pathogen tersebut tidak bisa hidup dalam suhu yang tinggi dan
tidak memiliki mekanisme perlindungan untuk melawan radiasi UV. Oleh karena
itu, radiasi radiasi UV dapat digunakan untuk membunuh bakteri pathogen.
Penelitian telah menunjukkan bahwa beberapa bakteri pathogen dan virus musnah
oleh SODIS, seperti :
1.
Bacteria (Escherisia coli/E. coli, Vibrio cholera, Streptococcus faecalis,
Pseudomonas aerugenosa, Shigella flexneri, Salmonella typhii, Salmonella
enteritidis, Salmonella paratyphi)
2.
Viruses (Bacteriophage f2, Rotavirus, Encephalomyocarditis virus)
3.
Yeast and Mold (Aspergillus niger, Aspergillus flavus, Candida,
Geotrichum), Protozoa (Giardia spp., Cryptosporidium spp).
Bakteri pathogen manusia sangat rentan, tidak
bisa berbiak dan mati jika berada di luar tubuh manusia. Penting untuk digaris
bawahi bahwa SODIS tidak memproduksi air yang steril. Organisme selain bakteri
pathogen seperti Algae atau jamur sangat bisa beradaptasi dengan baik dalam
botol SODIS dan bahkan mungkin tumbuh dengan baik. Namun, organisme ini tidak
terlalu membahayakan kesehatan manusia.
3.3.3 Kandungan
Oksigen
Di dalam SODIS terdapat kandungan oksigen yang
tinggi. Cahaya matahari menghasilkan bentuk oksigen yang sangat reaktif
(oksigen free radical dan hydrogen peroksida) di dalam air. Molekul yang
reaktif ini bereaksi dengan struktur sel dan membunuh bakteri pathogen.
Aerasi dari air dapat ditingkatkan dengan
mengocok ¾ isi botol selama 20 menit sebelum botol diisi penuh dan dijemur di
bawah sinar matahari.
Penelitian terbaru menyatakan bahwa botol harus
dikocok hanya pada awal permulaan dari proses SODIS. Sekali botol terpapar
sinar matahari maka sudah tidak bisa digunakan lagi, meneruskan pengocokan
botol selama pemaparan di bawah sinar matahari akan mengurangi efisiensi dari
proses
3.3.4
Jenis Plastik SODIS
Berbagai tipe dari bahan plastik transparan
merupakan penghantar dari sinar UV-A dan sinar tampak dari matahari. Botol
plastik terbuat dari PET (Poly Ethylene Terephtalate) or PVC (Poly Vinyl
Chloride). Kedua bahan ini berisi zat adiktif seperti UV-stabilizer untuk
meningkatkan kestabilan atau untuk melindungi botol plastic beserta isinya dari
oksidasi dan radiasi UV. Penggunaan dari botol yang terbuat dari PET sebagai
ganti dari yang berbahan PVC direkomendasikan karena PET berisi lebih sedikit
bahan adiktif daripada yang terbuat dari PVC.
3.3.5
Pengaruh SODIS terhadap Kesehatan
SODIS menyediakan pilihan metode pengolahan air
minum yang simple dan efisien. Jadi menurunkan resiko kesehatan yang
diasosiasikan dengan konsumsi air minum yang tercemar.
Jenis dari penyakit yang dapat dikurangi dengan SODIS adalah:
1.
Infeksi diare dari bakteri Escherichia coli : Dari infeksi bakteri dengan
Salmonella atau Shigella
2.
Disentri : Dari infeksi parasit dengan Giardia lamblia (Giardiasis) atau
Entamoeba hystolytica (Amoebiasis)
3.
Kolera
BAB IV
PENUTUP
4.1
Simpulan
Pada prinsipnya, SODIS dilakukan dengan menjemur
air mentah dalam wadah transparan selama beberapa jam agar panas yang
dihasilkan bersinergi dengan sinar UV (Ultra Violet) membunuh bakteri pathogen
dalam air seperti salah satunya bakteri Eschericia coli.
Keistimewaan dari SODIS adalah cara pembuatannya
yang lebih praktis, mudah dan murah, bila dibanding merebus air dengan kompor
minyak tanah atau tungku kayu bakar. Ada lagi
keistimewaan SODIS, yakni membantu program daur ulang limbah plastik dengan
penerapan prinsip re-use, yakni dengan pemanfaatan kembali botol plastik bekas
air mineral sehingga mengurangi potensi pencemaran tanah oleh limbah plastik.
SODIS menyediakan pilihan metode pengolahan air minum yang simple dan
efisien. Jadi menurunkan resiko kesehatan yang diasosiasikan dengan konsumsi
air minum yang tercemar. Adapun bebrapa Jenis penyakit yang dapat dikurangi dengan SODIS diantaranya infeksi diare, disentri, dan kolera.
4.2
Saran
Setelah
membaca makalah ini, mudah-mudahan pembaca dapat menambah pengetahuan dan
referensi mengenai penggunaan sinar ultraviolet sebagai alternatis disinfeksi
air yang tercemar oleh bakteri pathogen seperti Eschericia coli. Dan
berhati-hatilah saat mengkonsumsi air, karena bakteri tidak dapat kita lihat
dengan kasat mata. Dan jagalah keseimbangan ekosistem alam kita, agar kebutuhan
kita terhadap air dapat terpenuhi.
Setelah
membaca silahkan tinggalkan komentar anda dibawah ini. Guna untuk penyempurnaan
makalah diatas. Terima Kasih
nice :)
ReplyDelete