Planet Bumi terus mengalami peningkatan suhu yang mengkhawatirkan
dari tahun ke tahun. Selain makin panasnya cuaca di sekitar kita, Anda tentu
juga menyadari makin banyaknya bencana alam dan fenomena-fenomena alam yang
cenderung semakin tidak terkendali belakangan ini. Mulai dari banjir, puting
beliung, semburan gas, hingga curah hujan yang tidak menentu dari tahun ke
tahun.
Sadarilah bahwa semua ini adalah
tanda-tanda alam yang menunjukkan bahwa planet kita tercinta ini sedang
mengalami proses kerusakan yang menuju pada kehancuran! Hal ini terkait
langsung dengan isu global yang belakangan ini makin marak dibicarakan oleh
masyarakat dunia yaitu Global Warming (Pemanasan Global).
Sekilas pertanyaan
1.
Apakah pemanasan global itu?
Secara singkat pemanasan global adalah peningkatan
suhu rata-rata permukaan bumi.
Pengertian
Global Warming
Pemanasan global atau Global Warming adalah
adanya proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan Bumi.
terperangkapnya sebagian gas panas di atmosfer bumi akibat menumpuknya jumlah
gas rumah kaca antara lain uap air, karbon dioksida, dan metana yang menjadi
perangkap gelombang radiasi ini. Gas-gas ini menyerap dan memantulkan kembali
radiasi gelombang yang dipancarkan Bumi dan akibatnya panas tersebut akan
tersimpan di permukaan Bumi.
Penyebab Global Warming
v
Adanya
penebangan liar
v
Semakin
banyak pengguna kendaraan bermotor
v
Kebutuhan
manusia semakin meningkat
v Meningkatnya
kadar CO2 itu sendiri diakibatkan meningkatkan konsumsi fossil fuel. Fossil
fuel adalah bahan bakar yang berasal dari fosil tumbuhan atau hewan. Yang
termasuk fossil fuel antara lain minyak bumi dan batu bara. Selain itu
berkurangnya jumlah hutan di bumi juga turut berperan dalam peningkatan kadar
CO2 karena hutan berperan dalam mengubah CO2 menjadi O2.
Banyak dampak buruk akibat
pemanasan global ini. Dampak yang terjadi merupakan sebuah efekdomino. Karena
kadar CO2 meningkat panas matahari terperangkap di bumi, mengakibatkan suhu
udara semakin meningkat. Karena panas, suhu air laut menjadi lebih hangat. Hal
ini menyebabkan biota laut mati. Suhu air laut yang meningkat membuat es di
kedua kutub mencair. Es abadi yang ada di puncak-puncak gunung juga mencair.
Pencairan es ini membuat ketinggian air laut meningkat, alias kita semakin
tenggelam.
Panasnya suhu juga membuat tingkat
penguapan tinggi. Tidak hanya di laut tetapi juga di darat. Maka terjadilah
kekeringan. Kadar uap air yang tinggi di atmosfer meningkatkan potensi
terjadinya badai. Saat badai melewati perairan yang hangat tadi ia akan semakin
membesar. Singkatnya akan terjadi badai yang lebih besar dan lebih sering
terjadi.
Di jaman yang semakin modern
seperti ini, tidak hanya memikirkan manusia yang semakin hebat, akan tetapi
teknologi juga ikut berkembang pesat. Teknologi merupakan salah satu tolak ukur
suatu negara maju atau tidak. Membicarakan tentang teknologi, teknologi
pun merupakan salah satu penyebab terjadinya pemanasan global. Contohnya
AC , sering kita temukan sekarang ini hampir di beberapa tempat umum atau
bahkan di ruangan kelas suadah menggunakan pendingin ruangan atau AC (Air
Conditioner). Banyak juga rumah-rumah yang menggunakan alat pendingin ruangan
ini.
Namun tanpa kita sadari, di dalam
ruangan AC sering kali pintunya tidak ditutup. Padahal apabila pintu
ruangan AC dibuka, maka akan menjadi berbahaya, karena hal ini merupakan salah
satu penyebab terjadinya global warming. Ruangan AC yang terus menerus dibuka
akibatnya akan lebih memperhatinkan bagi kesehatan kita semua. Bagaimana kita
sebagai generasi muda disa mencegah global warming, sedangkan hal yang kecil
saja kita tidak bisa melaksanakannya. Seharusnya kita sebagai pengguna
berAC harus sadar, karena dengan perbuatan yang dilakukan akan merugikan diri
kita dan orang lain.
Akibat
Global Warming
1.
Gletser Menciut
Gletser adalah daratan yang terbuat dari es. Gletser bakal ikut meleleh
dan menciut seiring dengan bertambahnya suhu bumi. Suhu bumi meningkat karena
tingginya emisi gas rumah kaca di atmosfer. Selama tahun 1990- 2005
saja suhu bumi naik 0,15 - 0,3 derajat celcius. Gletser Himalaya yang
memasok air ke sungai Gangga sekaligus menyediakan irigasi dan suplai air minum
untuk 500 juta penduduk,menyusut 37 meter pertahun.Gletser di kutub semakin
cepat mencair hingga membuat permukaan air laut di bumi naik.
2.
Pulau Tenggelam
Indonesia , Amerika Serikat, dan Bangladesh adalah beberapa negara yang
paling terancam tenggelam. Bahkan beberapa pulau di Indonesia sudah hilang
tenggelam. Ini disebabkan mencairnya permukaan gletser di kutub yang membuat
volume air laut meningkat drastis. Menyusutnya hutan bakau memperparah
pasangnya air laut. Sekarang saja pasang air laut Pantai Kuta telah
membanjiri beberapa lobi hotel disekitarnya. Pulau Jawa juga bernasib sama ,
sampai saat ini permukaan Teluk Jakarta sudah naik 0,8 cm. Dan kalau suhu bumi
terus naik , tahun 2050 derah-daerah Jakarta dan Bekasi seperti Kosambi ,
Penjaringan , Cilincing , Muaragembong , dan Tarumajaya akan terendam.
3.
Badai
Badai memang bisa terjadi karena kehendak alam. Tapi suhu air yang menghangat
akibat global warming mendukung terjadinya badai yang jauh
lebih kuat dan besar. Beberapa tahun belakangan ini , negara-negara di Eropa,
Amerika, dan Karibia telah mengalami begitu banyak badai dibandingkan
abad sebelumnya. Bahkan badai-badai tersebut bukan cuma badai biasa,
namun masuk kategori badai mematikan , seperti badai katrina,badai ike, badai nargis,
badai rita,dll.
4.
Gelombang Panas
Tahun 2003 lalu, Eropa diseranggelombang panas alias heat wave , yang menewaskan banyak orang.
Mengejutkan ! Tapi bencana ini sudah diperkirakan ratusan tahun yang lalu ,
tepatnya tahun 1900 oleh para ilmuwan di masa itu . Gelombang panas memang
pernah terjad beberapa kali di bumi , namun belakangan ini makin sering
terjadi. Dan diperkirakan 40 tahun lagi frekwensinya akan meningkat 100 kali
lipat.
5.
Kekeringan
Afrika, India, dan daerah-daerah kering lainnya bakal menderita
kekeringan lebih parah ! Air akan makin sulit di dapat dan tanah tak bisa
ditanami apa-apa lagi, hingga suplai makanan berkurang drastis. Ilmuwan memperkirakan hasil tani negara-negara
Afrika akan menurun 50 % di tahun 2020 , dan tingkat kekeringan di dunia
meningkat 66 % . Tak terbayang kalau kekeringan ini sampai terjadi di bumi ini.
6.
Perang dan Konflik
Negara yang kekurangan air dan bahan pangan kemungkinan besar akan
mengalami panik dan berubah jadi agresif. Lalu bukan tak mungkin mereka
berusaha saling merebut lahan yang belum rusak.
7.
Penyakit Merajalela
Malaria, demam berdarah , ebola , dan banyak penyakit yang dulu cuma di
anggap sebagai penyakit negara tropis , bisa menyebar ke berbagai negara
Eropa yang dikenal dingin. Penyebabnya apalagi kalau bukan banjir atau
kekeringan yang mengundang banyak hewan pembawa penyakit bersarang disana.
8.
Perekonomian Kacau
Ladang pertanian dan perkebunan yang biasanya menghasilkan akan musnah
oleh banjir atau kekeringan. Penduduk akan dibuat makin menderita karena stok
bahan pangan dan kebutuhan pokok lainnya akan jauh berkurang dan harganya pasti
akan melambung naik. Pemerintah juga membutuhkan biaya yang banyak untuk
membangun kembali wilayah yang terkena bencana dan menanggulangi penyakit yang
mewabah.
9.
Ekosistem Hancur
Perubahan iklim yang terjadi akibat global
warming akan menghancurkan
ekosistem yang ada. Setelah sebagian mahkluk hidup di bumi musnah akibat
bencana kekeringan, banjir , badai, atau ditenggelamkan air laut, mahkluk hidup
yang tersisa bakal mengalami kesulitan untuk bertahan hidup. Penyebabnya adalah
berkurangnya sumber air , udara bersih, bahan bakar , sumber energi , bahan
makanan, obat-obatan yang dibutuhkan untuk survive.
10.
Mahkluk Hidup Punah
Sebanyak 30 % mahkluk hidup yang ada sekarang bakal musnah tahun
2050 kalau temperatur bumi terus naik. Spesies yang punah ini kebanyakan yang
habitatnya di tempat dingin . Hewan-hewan laut diperkirakan banyak yang tak
bisa bertahan setelah suhu air laut jadi menghangat. Kalau tumbuhan dan hewan
makin berkurang, jelas manusia akhirnya terancam karena kekurangan bahan
makanan.
Pencegahan Global Warming
1. Hidup efisien → Apapun aktifitas manusia di bumi akan
berdampak pada bumi yang kita diami ini. Pola komsumsi energi, pola lingkungan
dan sebagainya. Hiduplah seefisien mungkin, gunakan sedikit energi, komsumsilah
sedikit makanan, tinggalkan pola hidup konsumtif, ramahlah terhadap lingkungan,
sedikit bicara lebih banyak berpikir, dan sebagainya.
- Tanamlah lebih banyak pohon → Tanaman hijau menyerap CO2 dari atmosfer dan menyimpannya dalam jaringannya. Tetapi setelah mati mereka akan melepaskan kembali CO2 ke udara. Lingkungan dengan banyak tanaman akan mengikat CO2 dengan baik, dan harus dipertahankan oleh generasi mendatang. Jika tidak, maka karbon yang sudah tersimpan dalam tanaman akan kembali terlepas ke at mosfer sebagai CO2. Pepohonan hijau dapat menangkap karbon yang cukup untuk mengimbangi emisi yang dihasilkan dari meng endarai sebuah mobil selama setahun.
- Daur ulang (recycle) dan gunakan ulang
- Gunakan alat transportasi alternatif untu mengurangi emisi karbon → Penelitian yang dilakukan Uni versitas Chicago menunjukkan bahwa beralih dari mobil konvensional kemo bil hibrida seperti Toyota Prius dapat menghemat1ton emisi per tahun. Mengkonsumsi makanan produk lokal akan mengurangi emisi dalam jumlah yang cukup signifikan. Pene litian yang dilakukan oleh Iowa State University pada tahun 2003 me nemukan bahwa makanan non-lokal rata-rata menempuh 1.494 mil sebelum dikonsumsi, bandingkan dengan makanan lokal yang hanya menempuh 56 mil. Bayangkan betapa banyak emisi karbon yang dihemat dengan perbe daan 1.438 mil tersebut. Gunakan sepeda sebanyak yang Anda bisa sebagai metode transpor tasi. Selain menghemat banyak energi, bersepeda juga merupakan olah raga yang menyehatkan.
5.
Jalani hidup
sebagai Vegetarian, karena telah dibuktikan oleh beberapa Ahli, bahwa daging
itu memiliki pengaruh dalam pasokan jumlah emisi gas-gas rumah kaca.
- Stop penebangan hutan dan melakukan gerakan penghijauan. Sebagaimana yang kita sudah tahu, untuk mengurangi dampak polusi yang bercampur dengan CO2, kita harus melakukan penanaman pohon lebih banyak lagi, seperti contoh melakukan gerakan antisipasi Go Green dengan penanaman seribu macam pohon-pohonan.
7.
Gunakan produk
yang ramah lingkungan, seperti contoh bagi kalangan pelajar atau pebisnis yang
sering menggunakan laptop, gunakanlah laptop yang ramah lingkungan dan yang
tidak dapat menambah masalah pemanasan global.
Efek Rumah Kaca atau Greenhouse
Effect merupakan istilah yang pada awalnya berasal dari pengalaman
para petani di daerah beriklim sedang yang menanam sayur-mayur dan biji-bijian
di dalam rumah kaca. Pengalaman mereka menunjukkan bahwa pada siang hari waktu
cuaca cerah, meskipun tanpa alat pemanas suhu di dalam ruangan rumah kaca lebih
tinggi dari pada suhu di luarnya.
Hal tersebut terjadi karena sinar
matahari yang menembus kaca dipantulkan kembali oleh benda-benda di dalam
ruangan rumah kaca sebagai gelombang panas yang berupa sinar inframerah. Oleh
karena itu, udara di dalam rumah kaca suhunya naik dan panas yang dihasilkan
terperangkap di dalam ruangan rumah kaca dan tidak tercampur dengan udara di
luar rumah kaca. Akibatnya, suhu di dalam ruangan rumah kaca lebih tinggi dari
pada suhu di luarnya dan hal tersebutlah yang dikatakan sebagai efek rumah
kaca. Efek rumah kaca dapat pula terjadi di dalam mobil yang diparkir di tempat
yang panas dengan jendela tertutup.
Dari pancaran sinar matahari yang
sampai ke bumi (setelah melalui penyerapan berbagai sinar di atmosfer) sebagian
radiasi tersebut dipantulkan dan sebagian diserap oleh bumi. Radiasi yang
diserap dipancarkan lagi oleh bumi sebagai sinar inframerah yang bergelombang
panjang. Sinar tersebut di atmosfer akan diserap oleh gas-gas rumah kaca
seperti uap air (H2O) dan karbon dioksida (CO2) sehingga
tidak terlepas ke luar angkasa dan menyebabkan panas terperangkap di troposfer
dan akhirnya menyebabkan peningkatan suhu di bumi maupun di lapisan troposfer
(lapisan atmosfer terendah). Hal tersebut menyebabkan terjadinya efek rumah
kaca di bumi.
Dengan adanya efek rumah kaca, suhu
rata-rata di permukaan bumi naik 33°C lebih tinggi (menjadi 15°C) dari
seandainya tidak ada efek rumah kaca (- 18°C), suhu yang terlalu dingin bagi
kehidupan manusia. Kenaikan intensitas efek rumah kaca akibat peningkatan kadar
gas rumah kaca yang utamanya disebabkan oleh pencemaran, dapat menyebabkan
terjadinya pemanasan global atau global warming, yaitu peningkatan
suhu bumi yang menyebabkan perubahan iklim dan kenaikan permukaan air laut.
Efek umpan balik
Efek-efek dari agen penyebab
pemanasan global juga dipengaruhi oleh berbagai proses umpan balik yang
dihasilkannya. Sebagai contoh adalah pada penguapan air. Pada kasus
pemanasan akibat bertambahnya gas-gas rumah kaca seperti CO2,
pemanasan pada awalnya akan menyebabkan lebih banyaknya air yang menguap ke atmosfer. Karena uap air sendiri merupakan gas rumah
kaca, pemanasan akan terus berlanjut dan menambah jumlah uap air di udara
hingga tercapainya suatu kesetimbangan konsentrasi uap air. Efek rumah kaca
yang dihasilkannya lebih besar bila dibandingkan oleh akibat gas CO2 sendiri.
(Walaupun umpan balik ini meningkatkan kandungan air absolut di udara, kelembaban relatif udara
hampir konstan atau bahkan agak menurun karena udara menjadi menghangat). Umpan
balik ini hanya dapat dibalikkan secara perlahan-lahan karena CO2 memiliki
usia yang panjang di atmosfer.
Efek-efek umpan balik karena
pengaruh awan sedang
menjadi objek penelitian saat ini. Bila dilihat dari bawah, awan akan
memantulkan radiasi infra merah balik ke permukaan, sehingga akan meningkatkan
efek pemanasan. Sebaliknya bila dilihat dari atas, awan tersebut akan
memantulkan sinar Matahari dan radiasi infra merah ke angkasa, sehingga
meningkatkan efek pendinginan. Apakah efek netto-nya pemanasan atau pendinginan
tergantung pada beberapa detail-detail tertentu seperti tipe dan ketinggian
awan tersebut. Detail-detail ini sulit direpresentasikan dalam model iklim,
antara lain karena awan sangat kecil bila dibandingkan dengan jarak antara batas-batas
komputasional dalam model iklim (sekitar 125 hingga 500 km untuk model yang
digunakan dalam Laporan Pandangan IPCC ke Empat). Walaupun demikian, umpan
balik awan berada pada peringkat dua bila dibandingkan dengan umpan balik uap
air dan dianggap positif (menambah pemanasan) dalam semua model yang digunakan
dalam Laporan Pandangan IPCC ke Empat.
Umpan balik penting lainnya adalah
hilangnya kemampuan memantulkan cahaya (albedo) oleh
es. Ketika temperatur global meningkat, es yang berada di dekat kutub mencair
dengan kecepatan yang terus meningkat. Bersama dengan melelehnya es tersebut,
daratan atau air dibawahnya akan terbuka. Baik daratan maupun air memiliki
kemampuan memantulkan cahaya lebih sedikit bila dibandingkan dengan es, dan
akibatnya akan menyerap lebih banyak radiasi Matahari. Hal ini akan menambah
pemanasan dan menimbulkan lebih banyak lagi es yang mencair, menjadi suatu
siklus yang berkelanjutan.
Umpan balik positif akibat terlepasnya
CO2 dan CH4 dari melunaknya tanah beku (permafrost) adalah
mekanisme lainnya yang berkontribusi terhadap pemanasan. Selain itu, es yang
meleleh juga akan melepas CH4 yang juga menimbulkan umpan balik
positif. Kemampuan lautan untuk menyerap karbon juga akan berkurang bila ia
menghangat, hal ini diakibatkan oleh menurunya tingkat nutrien pada zona
mesopelagic sehingga membatasi pertumbuhan diatom daripadafitoplankton yang merupakan penyerap karbon
yang rendah.
Variasi Matahari
Terdapat hipotesa yang menyatakan
bahwa variasi dari Matahari, dengan kemungkinan diperkuat oleh umpan balik dari
awan, dapat memberi kontribusi dalam pemanasan saat ini.] Perbedaan antara mekanisme ini
dengan pemanasan akibat efek rumah kaca adalah meningkatnya aktivitas Matahari
akan memanaskan stratosfersebaliknya efek rumah kaca akan
mendinginkan stratosfer. Pendinginan stratosfer bagian bawah paling tidak telah
diamati sejak tahun 1960, yang tidak akan terjadi bila aktivitas Matahari
menjadi kontributor utama pemanasan saat ini. (Penipisan lapisan ozon juga dapat memberikan efek
pendinginan tersebut tetapi penipisan tersebut terjadi mulai akhir tahun
1970-an.) Fenomena variasi Matahari dikombinasikan dengan aktivitas gunung
berapi mungkin telah memberikan efek pemanasan dari masa pra-industri hingga
tahun 1950, serta efek pendinginan sejak tahun 1950.
Ada beberapa hasil penelitian yang
menyatakan bahwa kontribusi Matahari mungkin telah diabaikan dalam pemanasan
global. Dua ilmuan dari Duke University mengestimasikan bahwa
Matahari mungkin telah berkontribusi terhadap 45-50% peningkatan temperatur
rata-rata global selama periode 1900-2000, dan sekitar 25-35% antara tahun 1980
dan 2000.[ Stott dan rekannya
mengemukakan bahwa model iklim yang dijadikan pedoman saat ini membuat estimasi
berlebihan terhadap efek gas-gas rumah kaca dibandingkan dengan pengaruh
Matahari; mereka juga mengemukakan bahwa efek pendinginan dari debu vulkanik
dan aerosol sulfat juga telah dipandang remeh.] Walaupun demikian, mereka
menyimpulkan bahwa bahkan dengan meningkatkan sensitivitas iklim terhadap
pengaruh Matahari sekalipun, sebagian besar pemanasan yang terjadi pada
dekade-dekade terakhir ini disebabkan oleh gas-gas rumah kaca.
No comments:
Post a Comment