BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Olah
raga merupakan kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dalam hidup manusia. Olah
raga memiliki peran penting dalam menjaga kesehatan jasmani manusia. Kini olah
raga juga termasuk dalam kurikulum sekolah dari tingkat SD maupun hingga SMA.
Maka dari itu terdapat berbagai macam jenis olah raga yang dapat dipilih sesuai
keinginan atau bakat masing-masing orang.
Dengan
perkembangan jaman, banyak cabang olah raga yang berupa permainan seperti sepak
bola, bola basket, bola voli, bulu tangkis dan lain-lain, ada juga olah raga
yang berupa olah raga seni bela diri seperti judo. Juga sering digelar
pertandinga olah raga judo dalam kejuaraan tingkat kabupaten, provinsi,
nasional dan sampai ke internasional.
Judo
dikembangkan dari seni bela diri kuno Jepang yang disebut Jujutsu.
Jujutsu yang
merupakan seni bertahan dan menyerang menggunakan tangan kosong maupun senjata
pendek, dikembangkan menjadi Judo oleh Kano Jigoro pada 1882. Olahragaini menjadi model
dari seni bela diri Jepang, gendai budo, dikembangkan dari sekolah (koryu) tua. Pemain judo disebut judoka
atau pejudo. Judo sekarang merupakan sebuah cabang bela diri yang populer,
bahkan telah menjadi cabang olahraga resmi Olimpiade.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latarbelakang diatas terdapat beberapa
rumusan masalah yang dapat penulis sampaikan yaitu:
1.
Bagaimanakah sejarah dari cabang olahraga
judo?
2.
Bagaimana judo sebagai cabang olah raga?
3.
Bagaimana peraturan pertandingan olah
raga judo?
4.
Bagaimana system penilaian dalam
pertandingan olah raga judo?
5.
Apa sajakah teknik terlarang dari olah
raga judo?
6.
Bagaimana posisi duduk, berdiri, jatuh
dan berguling dalam olah raga judo?
7.
Bagaimana teknik judo ?
1.3 Tujuan Penulisan
1.
Untuk mengetahui sejarah dari cabang
olahraga judo?
2.
Untuk mengetahui judo sebagai cabang
olah raga?
3.
Untuk mengetahui peraturan pertandingan
olah raga judo?
4.
Untuk mengetahui system penilaian dalam
pertandingan olah raga judo?
5.
Untuk mengetahui teknik terlarang dari
olah raga judo?
6.
Untuk mengetahui posisi duduk, berdiri,
jatuh dan berguling dalam olah raga judo?
7.
Untuk mengetahui teknik judo ?
1.4 Manfaat Penulisan
1.
Pembaca dapat mengetahui sejarah dari cabang olahraga judo?
2.
Pembaca dapat mengetahui judo sebagai cabang olah raga?
3.
Pembaca dapat mengetahui peraturan pertandingan olah raga
judo?
4.
Pembaca dapat mengetahui system penilaian dalam
pertandingan olah raga judo?
5.
Pembaca dapat mengetahui teknik terlarang dari olah raga
judo?
6.
Pembaca dapat mengetahui posisi duduk, berdiri, jatuh dan
berguling dalam olah raga judo?
7.
Pembaca dapat mengetahui teknik judo ?
1.5 Metode Penulisan
1.
Kajian Pustaka
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Sejarah
Judo
Sebelum Judo
Pegulat sumo zaman dahulu kala menjatuhkan
lawannya tanpa senjata. Hal ini menginspirasikan teknik-teknik bela diri
jujutsu. Sumo pada awalnya hanya dinikmati kaum aristokrat sebagai ritual atau
upacara keagamaan pada zaman Heian (abad ke-8 hingga abad ke-12).
Pada perkembangannya, Jepang memasuki masa-masa perang
di mana kaum aristokrat digeser kedudukannya oleh kaum militer. Demikian pula
olahraga yang sebelumnya hanya dijadikan hiburan, oleh kaum militer dijadikan
untuk latihan para tentara. Pada masa inilah teknik jujutsu dikembangkan di
medan pertempuran. Para prajurit bertempur tanpa senjata atau dengan senjata
pendek. Teknik menjatuhkan lawan atau melumpuhkan lawan inilah yang dikenal
dengan nama jujutsu.
Pada zaman Edo (abad ke-17 hingga abad ke-19)
di mana keadaan Jepang relatif aman, jujutsu dikembangkan menjadi seni bela
diri untuk melatih tubuh bagi masyarakat kelas ksatria. Gaya-gaya jujutsu yang
berbeda-beda mulai muncul, antara lain Takenouchi, Susumihozan, Araki,
Sekiguchi, Kito, dan Tenjinshin'yo.
Awal mula Judo
Jigoro Kano menambahkan gayanya sendiri pada banyak
cabang jujutsu yang ia pelajari pada masa itu (termasuk Tenjinshiyo dan Kito).
Pada tahun 1882 ia mendirikan sebuah dojo di Tokyo yang ia sebut Kodokan
Judo. Dojo pertama ini didirikan di kuil Eisho ji, dengan jumlah
murid sembilan orang.
Tujuan utama jujutsu adalah penguasaan teknik
menyerang dan bertahan. Kano mengadaptasi tujuan ini, tapi lebih mengutamakan
sistem pengajaran dan pembelajaran. Ia mengembangkan tiga target spesifik untuk
judo: latihan fisik, pengembangan mental / roh, dan kompetisi di
pertandingan-pertandingan.
Perbedaan Judo dan
Jujutsu
Terjemahan harafiah dari kata 'judo' adalah 'cara yang
halus'. 'Cara' atau 'jalan' yang dimaksud disini memiliki arti konotasi secara
etika dan filosofis. Kano mengungkapkan konsep filosofinya dengan dua frasa,
"Seiryoku Zen'yo" (penggunaan energi secara efisien) dan
"Jita Kyoei" (keuntungan bagi diri sendiri dan orang lain).
Meskipun disebut halus, namun sebenarnya judo merupakan kombinasi dari
teknik-teknik keras dan lembut, maka dari itu judo dapat pula diartikan sebagai
'cara yang lentur'.
Jujutsu, pada sisi yang lain, memiliki terjemahan
harafiah 'kemampuan yang halus'. Latihan jujutsu dipusatkan pada cara-cara (Kata) tertentu dan
formal, sedangkan judo menekankan pada latihan bebas teknik tertentu dalam
perkelahian bebas (randori). Hal ini membuat
pelatihan judo berjalan lebih dinamis.
Para kontestan jujutsu menggunakan seragam yang
relatif berat (hakama). Para praktisi awal judo menggunakan semacam
celana pendek, namun tidak lama kemudian mereka lebih memilih menggunakan
busana Barat yang dinilai lebih memiliki keunggulan fungsi dan mengijinkan
pergerakan yang lebih bebas. Seragam modern judo (judogi) dikembangkan
pada tahun 1907.
Teknik-teknik jujutsu, selain teknik dasar seperti
melempar dan menahan, menggunakan pukulan, tendangan, bahkan menggunakan
senjata pendek. Pada sisi lain, judo menghindari tendangan dan pukulan-pukulan
yang berbahaya, dan lebih dipusatkan pada teknik membanting yang terorganisir
dan teknik bertahan.
Penggunaan akhiran -do dan -jutsu
Banyak cabang beladiri Jepang yang mempunyai awalan
yang sama namun memiliki dua akhiran '-do' dan '-jutsu'. Bujutsu dan budo serta Kenjutsu dan kendo adalah beberapa contohnya.
Perbedaan dasar dari kedua akhiran ini adalah '-do' berarti 'jalan' dan
'-jutsu' yang artinya 'jurus' atau 'ilmu'. Selain itu dalam bela diri
berakhiran '-do' biasanya lebih banyak peraturan yang tidak memungkinkan
seseorang untuk terluka akibat serangan yang fatal, namun tidak demikian halnya
dengan bela diri yang berakhiran dengan kata '-jutsu', misalnya di dalam kendo,
hanya bagian tangan, perut, kaki, dan bagian bawah dagu yang boleh diserang,
sedangkan kenjutsu membolehkan serangan ke semua bagian tubuh.
Secara umum, budo ('bu-' artinya prajurit) adalah
pengembangan dari bujutsu yang telah disesuaikan dengan zaman sekarang (untuk
olahraga, bukan berkelahi). Beberapa contoh bujutsu yang dikembangkan menjadi
budo:
·
Jujutsu à Judo
·
Kenjutsu à Kendo
·
Aiki-Jujutsu à Aikido
·
Kempo jutsu à Kempo Do
·
Karate jutsu àKarate Do
·
Battoujutsu/Iaijutsu à Battoudo/Iaido
2.2
Judo
Sebagai Cabang Olah Raga
Judoka perempuan
Kaum perempuan pertama kali diterima sebagai judoka
pada tahun 1893, walaupun pada saat itu kaum olahragawati dianggap sebelah mata di dalam
struktur masyarakat Jepang. Meskipun demikian, kemajuan yang dramatis ini hanya
berlangsung sebentar, karena pada hakekatnya mereka masih dijauhkan dari
pertandingan-pertandingan resmi, dengan alasan keselamatan fisik.
Setelah Perang Dunia II, judo bagi laki-laki dan perempuan diperkenalkan keluar Jepang. Persatuan
Judo Eropa dibentuk pada tahun 1948, diikuti dengan pembentukan Federasi Internasional Judo pada tahun 1951. Judo menjadi salah satu cabang
olahraga resmi Olimpiade pada Olimpiade Tokyo 1964 di Tokyo, Jepang. Judoka perempuan pertama
kali berlaga di Olimpiade pada Olimpiade Barcelona 1982 di Barcelona, Spanyol.
Tingkatan Judo dan
warna ikat pinggang
Dimulai dari kelas pemula (shoshinsha) seorang
judoka mulai menggunakan ikat pinggang dan disebut berada di tingkatan kyu
kelima. Dari sana, seorang judoka naik tingkat menjadi kyu keempat,
ketiga, kedua, dan akhirnya kyu pertama. Setelah itu sistem penomoran
dibalik menjadi dan pertama (shodan), kedua, dan seterusnya
hingga dan kesepuluh, yang merupakan tingkatan tertinggi di judo.
Meskipun demikian, sang pendiri, Kano Jigoro, mengatakan bahwa tingkatan judo
tidak dibatasi hingga dan kesepuluh, dan hingga saat ini karena hanya
ada 15 orang yang pernah sampai ke tingkat dan kesepuluh, maka tidak ada
yang pernah melampaui tingkat tersebut.
Warna ikat pinggang menunjukkan tingkatan kyu ataupun dan. Pemula, kyu
kelima dan keempat menggunakan warna putih; kyu ketiga, kedua, dan
pertama menggunakan warna cokelat; warna hitam dipakai oleh judoka yang sudah
mencapai tahapan dan, mulai dari shodan, atau dan pertama,
hingga dan kelima. Judoka dengan tingkatan dan keenam hingga dan
kesembilan menggunakan ikat pinggang kotak-kotak bewarna merah dan putih,
walaupun kadang-kadang juga menggunakan warna hitam. Tingkatan teratas, dan
kesepuluh, menggunakan ikat-pinggang merah-putih atau merah. Judoka perempuan
yang telah mencapai tahap dan keatas memiliki garis putih yang memanjang
di bagian tengah ikat pinggang hitam mereka.
Lantai Judo
Pertandingan judo diselenggarakan di atas karpet atau matras (tatami) berbentuk segi empat (belah ketupat) dengan sisi 14,55 meter atau sepanjang 8 tatami yang dijajarkan. Selain dialasi matras,
kebanyakan dojo judo sekarang menggunakan pegas di bawah lantai palsu, untuk
menahan benturan akibat bantingan.
Di awal pertandingan, kedua judoka berdiri di
tengah-tengah tepat di belakang garis sejajar dengan diawasi oleh juri. Sebelum
dimulai, kedua judoka tersebut menunduk memberi hormat satu sama lain dari
belakang garis. Di sudut atas dan bawah belah ketupat duduk dua orang hakim,
dan di belakang masing-masing judoka, di luar arena yang dibatasi matras, duduk
judoka-judoka dari regu yang sama, dan duduk pula seorang pencatat waktu dan
seorang pencatat nilai.
Pertandingan diselenggarakan di dalam arena di dalam
matras yang dibatasi oleh (dan termasuk didalamnya) garis merah (jonai).
Luas arena tersebut adalah 9,1 meter persegi dan terdiri dari 50 tatami.
Waza atau teknik judo yang dipakai di arena diluar garis merah (jogai)
tersebut dianggap tidak sah dan tidak dihitung.
Seragam Judo
Seragam (gi) longgar yang dikenakan seorang
judoka (judogi) harus sesuai ukurannya.
Jaket
Bagian bawah jaket menutupi pantat ketika ikat
pinggang dikenakan. Antara ujung lengan dengan pergelangan tangan selisih 5-8
cm. Lengan baju panjangnya sedikit lebihnya dari dua pertiga panjang lengan.
Karena jaket ini dirancang untuk menahan benturan tubuh akibat dibanting ke
lantai, maka bahannya umumnya lebih tebal dari seragam karate (karategi) atau bela diri
yang lain
Ikat pinggang
Ikat pinggang harus cukup panjang sehingga menyisakan
20-30 cm menjuntai pada masing-masing sisi.
Celana
Celana yang dipakai sedikit longgar. Antara ujung
celana dengan pergelangan kaki selisih 5-8 cm. Celana panjangnya sedikit
lebihnya dari dua pertiga panjang kaki.
Mengenakan seragam
Celana dikenakan dan tali celana dikencangkan. Jaket
kemudian dikenakan dengan sisi kiri di atas sisi kanan. Kenakan ikat pinggang
dengan cara meletakkan tengah-tengah sabuk di depan perut, kemudian kedua ujung
sabuk diputar melingkar di belakang pinggang kembali ke depan; pegang kedua
ujung sabuk, lalu talikan dengan kedua ujung berakhir secara horisontal.
Talikan dengan kencang sehingga tidak lepas pada saat pertandingan.
2.3
Peraturan
Pertandingan Olah Raga Judo
Pertandingan judo diadakan antara perorangan dan juga
beregu. Beberapa kompetisi membagi pertandingan menjadi 8 kategori, berdasarkan
berat tubuh. Kompetisi lain membagi pertandingan berdasarkan tingkatan dan,
umur, dan lain-lain. Ada juga yang tidak mengenal pembagian apapun.
Satu pertandingan judo berlangsung selama 3-20 menit.
Pemenang ditentukan dengan jalan judoka pertama yang meraih satu angka, baik
dengan bantingan maupun kuncian. Jika setelah waktu yang ditentukan tidak ada
pemain yang memperoleh satu angka, pemain dengan nilai lebih tinggi menang atau
pertandingan berakhir seri.
Judo, sebagaimana olahraga lain dari Jepang,
diselenggarakan dengan penuh tata krama. Kedua judoka membungkuk memberi hormat
satu sama lain pada awal dan akhir pertandingan.
Awal pertandingan
Judoka menghadap satu sama lain, meluruskan telapak
kaki mereka di belakang garis masing-masing di tengah-tengah arena dan berdiri
tegak lurus. Lalu mereka saling membungkuk pada saat yang sama. Kemudian mereka
maju satu langkah, diawali dengan kaki kiri, dan berdiri dengan posisi
kuda-kuda alami (shizen hon tai). Sang juri atau wasit lalu berkata
"Mulai" (Hajime) dan pertandingan pun dimulai.
Akhir pertandingan
Kedua judoka kembali dalam posisi kuda-kuda alami dan
menghadap satu sama lain satu langkah di depan garis mereka masing-masing. Juri
kemudian mengumumkan hasil pertandingan, dan kedua kontestan mundur selangkah
ke belakang garis dimulai dengan kaki kanan. Mereka lalu membungkuk lagi dan
keluar dari arena.
2.4
Sistem
Penilaian Judo
Satu angka (ippon) dapat diperoleh dengan jalan:
·
Bantingan (nage waza):
Jika judoka dapat mengungguli teknik lawan dengan membantingnya dengan tenaga
dan kecepatan dengan punggung membentur lantai terlebih dahulu.
·
Kuncian (katame waza):
Jika judoka berhasil mengunci lawan sehingga ia mengucapkan kata "Aku
menyerah!" (maitta), atau menepuk lantai dua kali dengan tangan
atau kaki, pingsan, atau jika kuncian tersebut berlangsung paling sedikit 30
detik (osae waza) dan diumumkan bahwa pertandingan berakhir (osae
komi)
Setengah angka (waza
ari) dapat diperoleh dengan cara:
·
Bantingan: Jika teknik judoka
cukup bagus namun tidak sampai layak untuk menerima angka penuh.
·
Kuncian: Jika judoka berhasil
mengunci lawannya selama paling tidak 25 detik.
Dua waza ari berarti satu angka, namun setengah
angka saja tidak cukup untuk menentukan seorang pemenang, maka oleh para
perancang pertandingan dibuatlah sistem angka tambahan.
Tambahan (yuko dan koka) yang tidak peduli berapapun tidak akan mengungguli satu 'Setengah-angka',
namun dapat menjadi penentu jika masing masing judoka memperoleh nilai yang
sama (1W1Y0K - 1 Waza dan 1 Yuko menang melawan 1W0Y9K - 1 Waza dan 9 Koka).
Angka tambahan ini diperoleh jika teknik yang diperagakan tidak cukup bagus
untuk memperoleh nilai setengah (yuko) atau tidak cukup bagus untuk
memperoleh yuko (koka). Tidak jarang suatu pertandingan
ditentukan dengan banyaknya yuko dan koka yang diperoleh (karena
satu angka otomatis menang dan dua setengah-angka juga otomatis menang)
Jika jumlah nilai yang diperoleh kedua judoka sama,
maka kadang-kadang suatu pertandingan menggunakan sistem pemungutan suara
antara kedua hakim sudut dan juri (dengan total tiga suara).
2.5
Teknik
Terlarang Judo
Teknik-teknik atau waza
yang berbahaya tidak diijinkan penggunaannya. Total teknik terlarang berjumlah
31 (32 untuk perempuan). Judoka akan dikenai empat tingkatan sanksi, tergantung
seberapa berat pelanggaran yang dilakukan. Untuk tiap-tiap jenis pelanggaran,
pertandingan dihentikan sejenak dan kedua judoka kembali ke garis
masing-masing.
Pelanggaran ringan (shido) adalah peringatan untuk pelanggar peraturan yang tidak seberapa berbahaya.
Judoka diberi peringatan awasete chui jika melakukannya untuk kedua
kalinya. Pelanggaran ini memiliki nilai berkebalikan dengan satu koka.
Beberapa tindakan yang akan mendapat peringatan:
- Seorang judoka kehilangan semangat bertarung dan tidak menyerang selama lebih dari 30 detik
- Melepas ikat pinggang lawan atau ikat pinggang sendiri tanpa izin dari juri
- Melilit tangan lawan dengan ujung ikat pinggang (atau ujung baju)
- Memelintir atau berpegang pada ujung lengan baju maupun celana lawan
- Memasukkan bagian seragam lawan manapun ke dalam mulut (menggigit seragam lawan)
- Menyentuh wajah lawan dengan bagian tangan atau kaki manapun
- Menarik rambut lawan
- Mengunci telapak tangan lawan dengan telapak tangan sendiri selama lebih dari 6 detik dalam posisi berdiri
Pelanggaran kecil (chui) adalah peringatan untuk pelanggaran yang lebih berat dari pelanggaran
ringan. Pelanggaran ini memiliki efek negatif sebesar yuko Beberapa
contohnya sebagai berikut:
- Memasukkan bagian kaki manapun ke seragam lawan, baik ikat pinggang maupun jaket, selama kuncian dilakukan lawan
- Mencoba mematahkan jari lawan untuk melepaskan genggaman lawan
- Menendang tangan lawan dengan kaki atau lutut untuk lepas dari cengkeraman lawan
Pelanggaran berat (keikoku) adalah pelanggaran yang dapat dikenai sanksi dan teguran keras. Judoka
yang melakukan pelanggaran ini akan dikurangi nilainya sebesar setengah angka.
Dua pelanggaran kecil memungkinkan dikenainya sanksi yang sama. Contoh
pelanggaran-pelanggaran berat:
- Mengunci lengan lawan (kansetsu waza) di manapun selain di sikut
- Menarik lawan yang tergeletak menengadah ke atas di lantai dan kemudian membantingnya kembali
- Seorang judoka melakukan tindakan berbahaya apapun yang bertentangan dengan jiwa judo.
Pelanggaran serius (hansoku make) adalah pelanggaran yang dapat membuat seorang judoka didiskualifikasi
karena melakukan pelanggaran yang sangat berat sehingga membahayakan baik
lawannya maupun orang lain. Empat kali peringatan (shido) juga dapat
dikenai sanksi ini.
Posisi tubuh dalam judo
Posisi tubuh yang benar merupakan bagian yang penting di dalam judo.
2.6
Posisi
Duduk, Berdiri, Jatuh Dan Berguling Dalam Judo
1.
Posisi Duduk
Duduk bersila (seiza) Dari posisi berdiri, kaki kiri ditarik ke belakang, lalu lutut kiri
diletakkan ke lantai di tempat di mana jari kaki kiri tadinya berada. Lakukan
hal yang sama dengan kaki kanan, dan kedua kaki pada saat ini harus bersangga
pada jari kaki dan lutut. Kemudian luruskan jari kaki sejajar dengan lantai dan
pantat diletakkan di atas pangkal kaki. Letakkan kedua tangan di atas paha
masing-masing sisi. Untuk berdiri, lakukan prosedur yang sama dengan cara
terbalik.
Memberi hormat (zarei) Dengan bersila, bungkukkan badan ke depan sampai kedua telapak tangan
menyentuh lantai dengan jari tangan menghadap ke depan. Diam dalam posisi ini
selama beberapa saat, kemudian kembali ke posisi bersila.
2.
Posisi Berdiri
Memberi hormat (ritsurei) Berdiri dengan kedua pangkal kaki didekatkan, bungkukkan badan ke depan
sekitar 30 derajat dengan telapak tangan di depan paha. Diam dalam posisi ini
selama beberapa saat, kemudian kembali ke posisi berdiri.
Posisi alami (shizen tai) Kaki dibuka sekitar
30 cm dalam posisi natural dengan berat badan yang dibagi sama rata di kedua
kaki. Istirahatkan otot bahu dan tangan. Ini adalah postur dasar dan alami
judo.
Posisi bertahan (jigo tai) Dari posisi alami,
kaki dibuka lebih lebar, lutut ditekuk agar pusat gravitasi tubuh lebih turun.
Melangkah (suri ashi) Cara berjalan di
dalam judo dengan cara telapak kaki menyusuri lantai untuk menjaga kestabilan.
Pastikan langkahnya sama rata dan pusat gravitasi tetap di posisi yang sama
agar dapat bergerak lincah ke segala arah.
·
Kanan-kiri (ayumi ashi):
Seperti berjalan biasa, telapak kaki melewati satu sama lain ketika berjalan
Kanan-kanan (tsugi ashi):
Setelah kaki pertama maju, kaki kedua yang maju tidak melebihi posisi kaki
pertama
3.
Posisi Jatuh dan Berguling
Menguasai posisi ini memungkinkan untuk melindungi
diri sendiri ketika dijatuhkan atau dibanting lawan dan mengurangi ketakutan
ketika dilempar oleh lawan.
Jatuh ke belakang (ushiro ukemi) Kaki disatukan dan tangan juga disatukan, jatuhkan punggung ke matras
dengan tangan lurus di samping tubuh dan telapak tangan menyentuh lantai untuk
menahan jatuh. Lindungi bagian belakang kepala dengan menyentuhkan dagu ke
tubuh.
Jatuh ke samping (yoko ukemi) Dari posisi berdiri, jatuhkan diri ke belakang, angkat kedua kaki satu
persatu, kemudian angkat kedua tangan di depan tubuh. Berguling ke kanan (atau
kiri) matras dengan kepala tetap dilindungi agar tidak menyentuh lantai.
Kemudian tahan tubuh dengan tangan dan telapak tangan kanan (atau kiri).
Jatuh ke depan (mae ukemi) Jatuhkan diri ke depan dengan kedua telapak tangan di depan muka, sikut
ditekuk. Jatuh tertelungkup dengan ditahan oleh kedua tangan, badan diluruskan,
otot perut dikencangkan, dan tahan tubuh dengan ditahan oleh kedua tangan dan
jari kaki (lutut diangkat).
Berguling ke depan (mae mawari ukemi) Berguna pada saat dilemparkan oleh lawan. Dari posisi berdiri, kaki kanan
dimajukan telapak tangan kiri disentuhkan ke lantai. Bahu kanan kemudian
dilemparkan ke depan dengan telapak tangan menghadap ke belakang, ini dilakukan
bersamaan dengan kedua kaki menjejak lantai dan berguling ke depan. Kedua kaki
dan tangan hendaknya menyentuh lantai secara bersamaan.
2.7
Teknik
Judo
Teknik bantingan judo (nage waza) dapat dibagi
menjadi teknik berdiri (tachi waza) dan teknik menjatuhkan diri (sutemi
waza). Teknik berdiri dibagi lagi menjadi teknik tangan (te waza),
teknik pangkal paha (koshi waza), dan teknik kaki (ashi waza).
Teknik menjatuhkan diri dibagi lagi menjadi teknik menjatuhkan diri ke belakang
(ma sutemi waza) dan teknik menjatuhkan diri ke samping (yoko sutemi
waza)
Teknik kuncian judo (katame waza) dapat dibagi
menjadi teknik menahan (osae waza atau osaekomi waza), teknik
jepit (shime waza), dan teknik sambungan (kansetsu waza)
Teknik menyerang (atemi waza) dengan tendangan
atau pukulan bahkan dengan senjata pisau atau pedang kadang digunakan untuk
latihan bagi judoka tingkatan tinggi, walaupun dalam pertandingan resmi hal
tersebut dilarang (demikian pula pada saat latihan bebas (randori).
Teknik bantingan (teknik berdiri)
- Sapuan lutut - hiza guruma
- Jegal dari belakang - o soto gari
- Jegal dari depan - 'ko uchi gari
- Sapuan samping - deashi barai
- Bantingan paha - uchi mata
- Bantingan pangkal paha memutar - o goshi
- Bantingan pangkal paha angkat - surikomi goshi
- Bantingan pangkal paha sapuan - harai goshi
- Lemparan bahu - seoi nage
- Menjatuhkan tubuh - tai otoshi
- Lemparan guling belakang - tomoe nage
Teknik kuncian (teknik berbaring)
Teknik kuncian (katame waza) disebut juga
teknik berbaring (ne waza) karena teknik ini dilakukan ketika seorang
judoka atau lawannya berbaring menghadap ke atas atau ke bawah.
- Kuncian pinggang - kesa gatame
- Kuncian bahu - kata gatame
- Kuncian empat sisi - yoko shiho gatame
- Kuncian empat sisi atas - kami shiho gatame
- Kuncian belakang - kataha jime
- Kuncian kalung - okuri eri jime
- Kuncian tangan - ude garami
- Kuncian tangan silang - ude hishigi juji gatame
Pertolongan pertama judo
Seringkali di dalam pertandingan judo, seorang judoka
mengalami asphyxia, di mana judoka
mengalami kesulitan bernapas karena kekurangan oksigen. Untuk itu, judo telah mengembangkan suatu pertolongan pertama untuk
mengembalikan kesadaran mereka yang terkena asphyxia atau aspiksia. Hal ini
dapat terjadi jika kuncian yang dilakukan terlalu kuat sehingga lawan berhenti
bernapas sesaat. Orang tersebut segera memerlukan pertolongan darurat di
tempat.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
1. Judo adalah
salah satu cabang beladiri yang berasal dari Jepang dan telah menjadi olahraga
populer di dunia saat ini. Judo diciptakan oleh Prifesssor Jigoro Kano atau
Maha Guru Kano pada tahun 1882.
2. Judoka perempuan
Kaum perempuan pertama kali diterima sebagai
judoka pada tahun 1893, walaupun pada saat itu kaum olahragawati dianggap sebelah mata di dalam
struktur masyarakat Jepang. Meskipun demikian, kemajuan yang dramatis ini hanya
berlangsung sebentar, karena pada hakekatnya mereka masih dijauhkan dari
pertandingan-pertandingan resmi, dengan alasan keselamatan fisik.
Setelah Perang Dunia II, judo bagi laki-laki dan perempuan diperkenalkan keluar Jepang. Persatuan
Judo Eropa dibentuk pada tahun 1948, diikuti dengan pembentukan Federasi Internasional Judo pada tahun 1951. Judo menjadi salah satu cabang
olahraga resmi Olimpiade pada Olimpiade Tokyo 1964 di Tokyo, Jepang. Judoka perempuan
pertama kali berlaga di Olimpiade pada Olimpiade Barcelona 1982 di Barcelona, Spanyol.
3.
Pertandingan judo diadakan antara perseorangan
dan beregu. Beberapa kompetisi membagi pertandingan jadi 8 kategori berdasarkan
berat tubuh. Lamanya pertandingan biasanya 3-20 menit. Pemenang ditentukan
dengan jalan judoka pertama yang meraih 1 angka, baik dengan bantingan maupun
kuncian. Jika setelah waktu yang ditentukan tidak ada pejudo memperoleh 1
angka, pejudo dengan nilai lebih tinggi menang atau pertandingan berakhir seri. Membungkukkan
badan satu sama lain di awal dan akhir pertandingan adalah hal yang wajib. Ini
dilakukan untuk menghormati lawan.
-
Awal pertandingan
Judoka menghadap
satu sama lain, meluruskan telapak kaki mereka di belakang garis masing-masing
di tengah-tengah arena dan berdiri tegak lurus. Lalu, mereka saling membungkuk
di saat yang sama. Kemudian mereka maju 1 langkah, diawali kaki kiri, dan
berdiri dengan posisi kuda-kuda alami (shizen hon tai). Sang juri atau wasit
lalu berkata 'mulai' (hajime) dan pertandingan pun dimulai.
-
Akhir pertandingan
Kedua judoka kembali dalam posisi kuda-kuda alami dan menghadap satu sama lain dengan 1 langkah di depan garis mereka masing-masing. Juri kemudian mengumumkan hasil pertandingan dan kedua kontestan mundur selangkah ke belakang garis dimulai dengan kaki kanan. Mereka lalu membungkuk lagi dan keluar dari arena.
Kedua judoka kembali dalam posisi kuda-kuda alami dan menghadap satu sama lain dengan 1 langkah di depan garis mereka masing-masing. Juri kemudian mengumumkan hasil pertandingan dan kedua kontestan mundur selangkah ke belakang garis dimulai dengan kaki kanan. Mereka lalu membungkuk lagi dan keluar dari arena.
4. Satu
angka atau ippon diperoleh dengan cara:
Bantingan (nage waza): Judoka mengungguli teknik lawan dengan membantingnya menggunakan tenaga dan kecepatan dengan punggung lawan membentur lantai lebih dulu.
Bantingan (nage waza): Judoka mengungguli teknik lawan dengan membantingnya menggunakan tenaga dan kecepatan dengan punggung lawan membentur lantai lebih dulu.
Kuncian (katame waza):
Judoka mampu mengunci lawan sampai lawan berkata 'menyerah' (maitta) atau
menepuk lantai 2 kali dengan tangan atau kaki. atau mengunci sampai lebih dari
30 detik.
Setengah angka (waza ari)
diperoleh dengan cara
Bantingan:Teknik sudah cukup bagus, namun belum layak menerima angka penuh.
Bantingan:Teknik sudah cukup bagus, namun belum layak menerima angka penuh.
Kuncian: Judoka
mengunci lawan sampai 25 detik.
Dua waza ari berarti 1 angka. Setengah angka saja tidak cukup untuk menentukan pemenang. Para perancang pertandingan pun membuat sistem angka tambahan.
Dua waza ari berarti 1 angka. Setengah angka saja tidak cukup untuk menentukan pemenang. Para perancang pertandingan pun membuat sistem angka tambahan.
5.
Pelanggaran dalam judo
Pelangaran ringan (shido) adalah peringatan untuk pelanggar peraturan yang tidak seberapa berbahaya. Judoka diberi peringatan awasete chui jika melakukannya dua kali berturut-turut. Pelanggaran ini punya nilai berkebalikan dengan satu koka
Pelangaran ringan (shido) adalah peringatan untuk pelanggar peraturan yang tidak seberapa berbahaya. Judoka diberi peringatan awasete chui jika melakukannya dua kali berturut-turut. Pelanggaran ini punya nilai berkebalikan dengan satu koka
Pelanggaran ringan (shido) adalah peringatan
untuk pelanggar peraturan yang tidak seberapa berbahaya. Judoka diberi
peringatan awasete chui jika melakukannya untuk kedua kalinya.
Pelanggaran ini memiliki nilai berkebalikan dengan satu koka. Beberapa
tindakan yang akan mendapat peringatan:
·
Seorang judoka kehilangan
semangat bertarung dan tidak menyerang selama lebih dari 30 detik
·
Melepas ikat pinggang lawan atau
ikat pinggang sendiri tanpa izin dari juri
·
Melilit tangan lawan dengan ujung
ikat pinggang (atau ujung baju)
·
Memelintir atau berpegang pada
ujung lengan baju maupun celana lawan
·
Memasukkan bagian seragam lawan
manapun ke dalam mulut (menggigit seragam lawan)
·
Menyentuh wajah lawan dengan
bagian tangan atau kaki manapun
·
Menarik rambut lawan
·
Mengunci telapak tangan lawan
dengan telapak tangan sendiri selama lebih dari 6 detik dalam posisi berdiri
Pelanggaran kecil (chui) adalah peringatan
untuk pelanggaran yang lebih berat dari pelanggaran ringan. Pelanggaran ini
memiliki efek negatif sebesar yuko Beberapa contohnya sebagai berikut:
·
Memasukkan bagian kaki manapun ke
seragam lawan, baik ikat pinggang maupun jaket, selama kuncian dilakukan lawan
·
Mencoba mematahkan jari lawan
untuk melepaskan genggaman lawan
·
Menendang tangan lawan dengan
kaki atau lutut untuk lepas dari cengkeraman lawan
Pelanggaran berat (keikoku) adalah pelanggaran
yang dapat dikenai sanksi dan teguran keras. Judoka yang melakukan pelanggaran
ini akan dikurangi nilainya sebesar setengah angka. Dua pelanggaran kecil
memungkinkan dikenainya sanksi yang sama. Contoh pelanggaran-pelanggaran berat:
·
Mengunci lengan lawan (kansetsu
waza) di manapun selain di sikut
·
Menarik lawan yang tergeletak
menengadah ke atas di lantai dan kemudian membantingnya kembali
·
Seorang judoka melakukan tindakan
berbahaya apapun yang bertentangan dengan jiwa judo.
Pelanggaran serius (hansoku make) adalah pelanggaran
yang dapat membuat seorang judoka didiskualifikasi karena melakukan pelanggaran
yang sangat berat sehingga membahayakan baik lawannya maupun orang lain. Empat
kali peringatan (shido) juga dapat dikenai sanksi ini.
6.
Posisi Duduk
Duduk bersila (seiza) Dari posisi berdiri, kaki kiri ditarik ke belakang, lalu lutut kiri
diletakkan ke lantai di tempat di mana jari kaki kiri tadinya berada. Lakukan
hal yang sama dengan kaki kanan, dan kedua kaki pada saat ini harus bersangga
pada jari kaki dan lutut. Kemudian luruskan jari kaki sejajar dengan lantai dan
pantat diletakkan di atas pangkal kaki. Letakkan kedua tangan di atas paha
masing-masing sisi. Untuk berdiri, lakukan prosedur yang sama dengan cara
terbalik.
Memberi hormat (zarei) Dengan bersila, bungkukkan badan ke depan sampai kedua telapak tangan
menyentuh lantai dengan jari tangan menghadap ke depan. Diam dalam posisi ini
selama beberapa saat, kemudian kembali ke posisi bersila.
Posisi Berdiri
Memberi hormat (ritsurei) Berdiri dengan kedua pangkal kaki didekatkan, bungkukkan badan ke depan
sekitar 30 derajat dengan telapak tangan di depan paha. Diam dalam posisi ini
selama beberapa saat, kemudian kembali ke posisi berdiri.
Posisi alami (shizen tai) Kaki dibuka sekitar
30 cm dalam posisi natural dengan berat badan yang dibagi sama rata di kedua
kaki. Istirahatkan otot bahu dan tangan. Ini adalah postur dasar dan alami
judo.
Posisi bertahan (jigo tai) Dari posisi alami,
kaki dibuka lebih lebar, lutut ditekuk agar pusat gravitasi tubuh lebih turun.
Melangkah (suri ashi) Cara berjalan di
dalam judo dengan cara telapak kaki menyusuri lantai untuk menjaga kestabilan.
Pastikan langkahnya sama rata dan pusat gravitasi tetap di posisi yang sama
agar dapat bergerak lincah ke segala arah.
- Kanan-kiri (ayumi ashi): Seperti berjalan biasa, telapak kaki melewati satu sama lain ketika berjalan
- Kanan-kanan (tsugi ashi): Setelah kaki pertama maju, kaki kedua yang maju tidak melebihi posisi kaki pertama
Posisi Jatuh dan Berguling
Menguasai posisi ini memungkinkan untuk melindungi diri sendiri ketika
dijatuhkan atau dibanting lawan dan mengurangi ketakutan ketika dilempar oleh
lawan.
Jatuh ke belakang (ushiro ukemi) Kaki disatukan dan
tangan juga disatukan, jatuhkan punggung ke matras dengan tangan lurus di
samping tubuh dan telapak tangan menyentuh lantai untuk menahan jatuh. Lindungi
bagian belakang kepala dengan menyentuhkan dagu ke tubuh.
Jatuh ke samping (yoko ukemi) Dari posisi berdiri,
jatuhkan diri ke belakang, angkat kedua kaki satu persatu, kemudian angkat
kedua tangan di depan tubuh. Berguling ke kanan (atau kiri) matras dengan
kepala tetap dilindungi agar tidak menyentuh lantai. Kemudian tahan tubuh
dengan tangan dan telapak tangan kanan (atau kiri).
Jatuh ke depan (mae ukemi) Jatuhkan diri ke
depan dengan kedua telapak tangan di depan muka, sikut ditekuk. Jatuh
tertelungkup dengan ditahan oleh kedua tangan, badan diluruskan, otot perut
dikencangkan, dan tahan tubuh dengan ditahan oleh kedua tangan dan jari kaki
(lutut diangkat).
Berguling ke depan (mae mawari ukemi) Berguna pada saat dilemparkan
oleh lawan. Dari posisi berdiri, kaki kanan dimajukan telapak tangan kiri
disentuhkan ke lantai. Bahu kanan kemudian dilemparkan ke depan dengan telapak
tangan menghadap ke belakang, ini dilakukan bersamaan dengan kedua kaki
menjejak lantai dan berguling ke depan. Kedua kaki dan tangan hendaknya
menyentuh lantai secara bersamaan.
7.
Teknik Judo
·
Teknik bantingan judo (nage
waza) dapat dibagi menjadi teknik berdiri (tachi waza) dan teknik
menjatuhkan diri (sutemi waza). Teknik berdiri dibagi lagi menjadi
teknik tangan (te waza), teknik pangkal paha (koshi waza), dan
teknik kaki (ashi waza). Teknik menjatuhkan diri dibagi lagi menjadi
teknik menjatuhkan diri ke belakang (ma sutemi waza) dan teknik
menjatuhkan diri ke samping (yoko sutemi waza)
·
Teknik kuncian judo (katame
waza) dapat dibagi menjadi teknik menahan (osae waza atau osaekomi
waza), teknik jepit (shime waza), dan teknik sambungan (kansetsu
waza)
·
Teknik menyerang (atemi waza)
dengan tendangan atau pukulan bahkan dengan senjata pisau atau pedang kadang
digunakan untuk latihan bagi judoka tingkatan tinggi, walaupun dalam
pertandingan resmi hal tersebut dilarang (demikian pula pada saat latihan bebas
(randori).
3.1 Saran
1.
Untuk pembaca, agar dapat membela diri
ketika sedang mengalami musibah, dapat mempelajari cabang olah raga ini.
2.
Untuk Dinas pendidikan dan olahraga agar
lebih memerhatikan atlet-atlet dibidang olah raga ini agar peminatnya lebih
banyak.
3.
Untuk Pembina extrakulikuler judo agar meningkatkan kapasitas latihan
untuk menambah kemampuan para atlet judo.
DAFTAR PUSTAKA
http://m.sportiplus.com/?single=single&id=5602
No comments:
Post a Comment