Ini adalah materi Sejarah untuk SMA Program Bahasa Semester Genap
Selamat belajar :)
PERKEMBANGAN BANGSA INDONESIA SEJAK
MASUKNYA PENGARUH BARAT SAMPAI DENGAN PENDUDUKAN JEPANG
INDONESIA PADA MASA KOLONIAL
Pada
tahun 1595 Coenelis
de Houtman yang sudah merasa mantap, mengumpulkan modal untuk membiayai
perjalanan ke Timur Jauh. Pada bulan April 1595, Cornelis de Houtman dan De Keyzer
dengan 4 buah kapal memimpin pelayaran menuju Nusantara. Selama dalam pelayaran
itu selalu berusaha menjauhi jalan pelayaran Portugis. Pada bulan Juni 1596
pelayaran yang dipimpin oleh De Houtman berhasil berlabuh di Banten.
A. VOC
(Verenigde Oost Indische Compagnie)
Atas
prakarsa dari dua tokoh Belanda, yaitu : Pangeran Maurits dan Johan van Olden
Barnevelt, pada tahun 1602 kongsi-kongsi dagang Belanda dipersatukan
menjadi sebuah kongsi dagang besar yang diberi nama VOC (Verenigde Oost Indische Compagnie)
atau Persekutuan Maskapai Perdagangan Hindia Timur. Pengurus pusat VOC terdiri
dari 17 orang. Pada tahun 1602 VOC membuka kantor pertamanya di Banten yang dikepalai
oleh Francois
Wittert. Adapun tujuan dibentuknya VOC adalah :
a.
Untuk menghindari persaingan tidak
sehat antara sesama pedagang Belanda sehingga keuntungan maksimal dapat
diperoleh.
b.
Untuk memperkuat posisi Belanda
dalam menghadapi persaingan dengan bangsa-bangsa Eropa lainnya maupun dengan
bangsa-bangsa Asia.
c.
Untuk membantu dana pemerintah
Belanda yang sedang berjuang menghadapi Spanyol yang masih menduduki Belanda.
Agar dapat melaksanakan tugasnya
dengan leluasa, oleh pemerintah Belanda VOC diberi hak-hak istimewa yang
dikenal sebagai Hak Octroi yang
meliputi hal-hal sebagai berikut :
1.
Monopoli perdagangan
2.
Mencetak dan mengedarkan uang
3.
Mengangkat dan memberhentikan pegawai
4.
Mengadakan perjanjian dengan
raja-raja
5.
Memiliki tentara untuk mempertahankan diri
6.
mendirikan benteng
7.
menyatakan perang dan damai
8.
mengangkat dan memberhentikan
penguasa-penguasa setempat
Untuk
mendapatkan keuntungan yang besar VOC menerapkan monopoli perdagangan. Bahkan
pelaksanaan monopoli VOC di Maluku lebih keras dari pada pelaksanaan monopoli
bangsa Portugis. Peraturan-peraturan yang ditetapkan VOC dalam melaksanakan
monopoli perdagangan antara lain sebagai berikut :
1.
Verplichte Leverantie
2.
Contingenten
3.
Ekstirpasi
4.
Pelayaran Hongi
SISTEM BIROKRASI VOC
Untuk
memerintah wilayah-wilayah di Indonesia yang sudah dikuasai, VOC mengangkat
seorang Gubernur Jendral yang
dibantu oleh empat orang anggota yang disebut Raad Van Indie (Dewan India). Di bawah
Gubernur Jendral diangkat beberapa Gubernur yang memimpin suatu daerah. Di
bawah Gubernur terdapat beberapa Residen yang dibantu oleh Asisten Residen.
Sedangkan pemerintahan dibawahnya lagi diserahkan kepada pemerintahan
tradisional seperti raja dan bupati. Sistem pemerintaha seperti ini disebut dengan sistem
pemerintahan tidak langsung (Indirect
Rule).
KEMUNDURAN VOC
Kemunduran dan kebangkrutan VOC terjadi
sejak awal abad ke-18. Hal ini disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut :
1. Banyak
korupsi yang dilakukan oleh pegawai-pegawai VOC
2. Anggaran
pegawai terlalu besar sebagai akibat semakin luasnya wilayah kekuasaan VOC
3. Biaya
perang untuk memadamkan perlawanan rakyat sangat besar
4. Adanya
persaingan dengan kongsi dagang bangsa lain, seperti kongsi dagang Portugis (Compagnie des Indies) dan kongsi dagang
Inggris (East Indian Company).
5. Hutang
VOC yang sangat besar
6. Pemberian
deviden kepada pemegang saham walaupun usahanya mengalami kemunduran
7. Berkembangnya
faham liberalisme, sehingga monopoli perdagangan yang diterapkan VOC tidak
sesuai lagi untuk diteruskan
8. Pendudukan
Perancis terhadap negeri Belanda pada tahun 1795. menganggap badan seperti VOC
tidak dapat diharapkan terlalu banyak dalam menghadapi Inggris, sehingga VOC
harus dibubarkan.
Pada tahun 1795
dibentuklah panitia pembubaran VOC. Pada tahun itu pula hak-hak istimewa VOC (octroi) dihapus. VOC dibubarkan pada
tanggal 31 Desember 1799 dengan saldo kerugian sebesar 134,7 juta
gulden. Selanjutnya semua hutang dan kekayaan VOC diambil alih oleh pemerintah
kerajaan Belanda.
B. MASA PEMERINTAHAN KOLONIAL HINDIA BELANDA
Pada tahun 1795,
Partai Patriot Belanda yang anti raja, atas bantuan Perancis, berhasil merebut
kekuasaan. Sehingga di Belanda terbentuklah pemerintahan baru yang disebut Republik Bataaf
(Bataafsche Republiek). Republik ini menjadi boneka Perancis yang sedang
dipimpin oleh Napoleon
Bonaparte. Sedangkan raja Belanda, Willem V, melarikan diri dan membentuk
pemerintah peralihan di Inggris. Pada waktu itu antara Inggris dan Perancis
sedang bermusuhan dengan hebatnya.
Setelah
VOC dibubarkan oleh pemerintahan tersebut pada tahun 1800, maka tanah jajahan
yang dulu dikuasai VOC kemudian ditangani oleh suatu badan yang disebut “Aziatische
Raad”. Kekuasaan pemerintahan Belanda di Indonesia dipegang oleh
Gubernur Jendral Johannes Siberg
(1801-1804) yang menggantikan Gubernur Jendral Overstraaten sebagai Gubernur Jendral VOC yang terakhir.
C. MASA PEMERINTAHAN HERMAN W.
DAENDELS
1. LATAR BELAKANG
Karena
secara geografis letak Belanda dekat dengan Inggris, Napoleon Bonaparte merasa
perlu menduduki Belanda. Sehingga pada tahun 1806, Perancis (Napoleon)
membubarkan Republik Bataaf dan membentuk “Koninkrijk Holland” (Kerajaan
Belanda) sebagai gantinya. Napoleon kemudian mengangkat Louis Napoleon sebagai raja
Belanda. Hal ini berarti sejak saat itu pemerintahan yang berkuasa di Indonesia
adalah pemerintahan Belanda-Perancis. Louis Napoleon mengangkat Herman Willem Daendels sebagai
Gubernur Jendral di Indonesia (1808 – 1811. Daendels mulai menjalankan tugasnya
pada tahun 1808 dengan tugas utama “mempertahankan Pulau Jawa dari serangan
Inggris”.
2. KEBIJAKAN PEMERINTAHAN HERMAN W. DAENDELS
a. Bidang Birokrasi Pemerintahan
1.
Pusat pemerintahan (Weltevreden) dipindahkan agak masuk ke
pedalaman
2.
Dewan Hindia Belanda sebagai dewan
legislatif pendamping Gubernur Jendral dibubarkan dan diganti dengan Dewan
Penasehat.
3.
Para bupati dijadikan pegawai
pemerintahan Belanda dan diberi pangkat sesuai dengan ketentuan kepegawaian
pemerintah Belanda.
b. Bidang Hukum dan Peradilan
1.
Dalam bidang hukum Daendels
membentuk 3 jenis pengadilan, yaitu :
a.
Pengadilan untuk orang Eropa
b.
Pengadilan untuk orang Pribumi
c.
Pengadilan untuk orang Timur Asing
2.
Pemberantasan korupsi tanpa
pandang bulu termasuk terhadap bangsa Eropa. Akan tetapi ia sendiri malah
melakukan korupsi besar-besaran dalam kasus penjualan tanah kepada pihak
swasta.
c. Bidang Militer dan Pertahanan
1.
Membangun jalan antara Anyer –
Panarukan. Jalan ini penting sebagai lalu-lintas pertahanan maupun
perekonomian.
2.
Membangun pabrik senjata
di Gresik dan Semarang. Hal ini dilakukan Daendels sebab tidak lagi dapat
mengharapkan bantuan dari Eropa. Hubungan Belanda dan Indonesia sangat sukar
sebab ada blokade Inggris di lautan.
3.
Membangun pangkalan angkatan laut
di Ujung Kulon dan Surabaya.
d. Bidang Ekonomi dan Keuangan
1.
Membentuk Dewan Pengawas Keuangan
Negara (Algemene Rekenkaer) dan
dilakukan pemberantasan korupsi dengan keras.
2.
Pajak In Natura (Contingenten)
dan sistem penyerahan wajb (Verplichte
Leverantie) yang diterapkan pada zaman VOC tetap dilanjutkan, bahkan
diperberat.
3.
Mengadakan Preanger Stelsel,
yaitu kewajiban bagi rakyat Priangan dan sekitarnya untuk menanam tanaman
ekspor (kopi).
e. Bidang Sosial
1.
Rakyat dipaksa untuk melakukan
kerja rodi untuk membangun jalan Anyer – Panarukan.
2.
Menghapus upacara penghormatan
kepada residen, sunan atau sultan.
3.
Membuat jaringan pos distrik
dengan menggunakan kuda pos.
Louis Bonaparte
sebagai raja Belanda, akhirnya menarik kembali Daendels dengan pertimbangan
Daendels sudah berbuat optimal di Indonesia. Apabila diteruskan lebih lama
lagi, maka dikhawatirkan akan memperburuk citra Belanda di Indonesia. Penarikan
Daendels ke Belanda disertai dengan pengangkatannya sebagai seorang Panglima
Perang yang kemudian dikerahkan ke medan Rusia.
D. MASA
PENJAJAHAN INGGRIS DI INDONESIA (Masa Interegnum) 1811 – 1816
1. LATAR
BELAKANG
Ketika akhirnya Inggris menyerbu Pulau Jawa, Daendels sudah dipanggil
kembali ke Eropa. Penggantinya, Gubernur Jendral Jansen, tidak mampu menahan
serangan musuh, sehingga terpaksa menyerah. Akhir dari penjajahan Belanda –
Perancis ini ditandai dengan Kapitulasi
Tuntang, yang isinya sebagai berikut :
1.
Seluruh Jawa dan sekitarnya
diserahkan kepada Inggris
2.
Semua tentara Belanda menjadi
tawanan Inggris
3.
Semua pegawai Belanda yang mau
bekerjasama dengan Inggris dapat memegang jabatannya terus.
4.
Semua hutang Pemerintah Belanda
yang dulu, bukan menjadi tanggung jawab Inggris.
Kapitulasi Tuntang
ini ditandatangani pada tanggal 18 – 9 – 1811, oleh S. Auchmuty dari pihak Inggris dan Janssens dari pihak Belanda.
Seminggu
sebelum Kapitulasi Tuntang, 11 – 9 – 1811, raja muda (Viceroy) Lord Minto yang
berkedudukan di India, mengangkat Thomas
Stamford Raffles sebagai Wakil Gubernur (Lieutenant Governor) di
Jawa. Akan tetapi dalam pelaksanaannya Raffles berkuasa penuh di Indonesia.
2. KEBIJAKAN PEMERINTAHAN THOMAS STAMFORD RAFFLES
a. Bidang Birokrasi Pemerintahan
Langkah-langkah
Raffles pada bidang pemerintahan sebagai berikut :
1.
Pulau Jawa dibagi menjadi 16
keresidenan.
2.
Sistem pemerintahan feodal oleh
Raffles dianggap dapat mematikan usaha-usaha rakyat.
3.
Bupati-bupati atau penguasa-penguasa
pribumi dijadikan pegawai pemerintah kolonial yang langsung di bawah kekuasaan
pemerintah pusat.
b. Bidang Ekonomi dan Keuangan
1.
Penghapusan pajak hasil bumi (contingenten) dan sistem penyerahan
wajib (verplichte Leverantie) yang
sudah diterapkan sejak zaman VOC. Kedua peraturan tersebut dianggap terlalu
berat dan dapat mengurangi daya beli rakyat.
2.
Menetapkan Sistem Sewa Tanah (Landrent).
3.
Mengadakan monopoli garam dan
minuman keras.
c. Bidang Sosial
1.
Penghapusan kerja rodi (kerja
paksa)
2.
Penghapusan perbudakan.
3.
Peniadaan Pynbank (disakiti) yaitu hukuman yang sangat kejam dengan melawan
Harimau.
d. Bidang Ilmu Pengetahuan
Masa pemerintahan
Raffles di Indonesia memberikan banyak peninggalan yang berguna bagi Ilmu
Pengetahuan, seperti :
1.
Ditulisnya buku berjudul History
of Java.
2.
Ditemukannya bunga Rafflesia
Arnoldi
3.
Dirintisnya Kebun Raya Bogor
3. BERAKHIRNYA KEKUASAAN THOMAS
STAMFORD RAFLLES
Berakhirnya
pemerintahan Raffles di Indonesia ditandai dengan adanya Convention of
London, 1814. Perjanjian tersebut ditandatangani di London oleh
wakil-wakil Belanda dan Inggris yang isinya sebagai berikut :
1.
Indonesia dikembalikan kepada
Belanda
2.
Jajahan Belanda seperti Sailan,
Kaap Koloni, Guyana, tetap ditangan Inggris
3.
Cochin (di pantai Malabar) diambil
alih oleh Inggris dan Bangka diserahkan kepada Belanda sebagai gantinya.
E. MASA
PEMERINTAHAN HINDIA BELANDA (Nederlandsch
Indie) (1816 – 1942)
1. Pemerintahan Komisaris
Jendral
Setelah
berakhirnya kekuasaan Inggris, yang berkuasa di Indonesia adalah Pemerintahan
Hindia Belanda. Pada mulanya pemerintahan ini merupakan pemerintahan kolektif
yang terdiri dari tiga orang, yaitu : Flout,
Buyskess dan Van Der
Capellen. Mereka berpangkat komisaris Jendral. Masa peralihan ini
hanya berlangsung dari tahun 1816 – 1819. Pada tahun 1819, kepala pemerintahan
mulai dipegang oleh seorang Gubernur Jendral Van Der Capellen (1816-1824)
Dengan
berdirinya Singapura maka timbullah perselisihan mengena batas-batas wilayah
kekuasaan pendudukan Inggris dan Belanda. Masalah ini kemudian diselesaikan
lewat Treaty of London,
1824, yang isinya sebagai berikut :
1.
Kedua negeri (Belanda dan Inggris)
berhak untuk saling memasuki wilayah jajahan masing-masing.
2.
Belanda menarik diri dari
jajahannya di Asia Daratan (Benggala, Gujarat, Malaka dan Singapura
3.
Inggris menarik diri dari
nusantara dan menyerahkan Bengkulu, Bangka dan Belitung.
4.
Kemerdekaan Aceh dihormati oleh
kedua belah pihak, karena Aceh dijadikan Bufferstaat yaitu daerah pemisah
antara Kekuasaan Belanda di Indonesia dan Inggris di Singapura dan Malaka.
5.
Inggris dan Belanda bertanggung
jawab atas keamanan di selat Malaka.
Pada kurun waktu 1816-1830,
pertentangan antara kaum liberal dan kaum konservatif terus berlangsung.
Sementara itu kondisi di negeri Belanda dan di Indonesia semakin memburuk. Oleh
karena itulah usulan Van Den Bosch
untuk melaksanakan Cultuur Stelsel
(tanam paksa) diterima dengan baik, karena dianggap dapat memberikan
keuntungan yang besar bagi negeri induk.
F. PENERAPAN SISTEM TANAM PAKSA (CULTUUR STELSEL) PADA TAHUN 1830 - 1870
a. Latar Belakang Sistem Tanam Paksa
1.
Di Eropa Belanda terlibat dalam
peperangan-peperangan pada masa kejayaan Napoleon, sehingga menghabiskan biaya
yang besar.
2.
Terjadinya Perang kemerdekaan
Belgia yang diakhiri dengan pemisahan Belgia dari Belanda pada tahun 1830.
3.
Terjadi Perang Diponegoro
(1825-1830) yang merupakan perlawanan rakyat jajahan termahal bagi Belanda.
Perang Diponegoro menghabiskan biaya kurang lebih 20.000.000 Gulden.
4.
Kas negara Belanda kosong dan
hutang yang ditanggung Belanda cukup berat.
5.
Pemasukan uang dari penanaman kopi
tidak banyak.
6.
Kegagalan usaha mempraktekkan
gagasan liberal (1816-1830) dalam mengeksploitasi tanah jajahan untuk
memberikan keuntungan besar terhadap negeri induk.
b. Aturan-aturan Tanam Paksa
Ketentuan-ketentuan pokok Sistem Tanam
Paksa terdapat dalam Staatblad (lembaran negara) tahun
1834, no. 22, beberapa tahun setelah Tanam Paksa dijalankan di Pulau Jawa.
Bunyi dari ketentuan tersebut adalah sebagai berikut :
1.
Persetujuan-persetujuan akan
diadakan dengan penduduk agar mereka menyediakan sebagian dari tanahnya untuk
penanaman tanaman ekspor yang dapat dijual dipasaran Eropa.
2.
Tanah pertanian yang disediakan
penduduk, tidak boleh melebihi seperlima dari tanah pertanian yang dimiliki
penduduk desa.
3.
Pekerjaan yang diperlukan untuk menanam
tanaman tersebut tidak boleh melebihi pekerjaan untuk menanam tanaman padi.
4.
Tanah yang disediakan penduduk
tersebut bebas dari pajak tanah.
5.
Hasil dari tanaman tersebut
diserahkan kepada pemerintah Hindia Belanda; Jika harganya ditaksir melebihi
pajak tanah yang harus dibayar rakyat, maka kelebihan itu diberikan kepada
penduduk.
6.
Kegagalan panen yang bukan karena
kesalahan petani, akan menjadi tanggungan pemerintah
7.
Bagi yang tidak memiliki tanah,
akan dipekerjakan pada perkebunan atau pabrik-pabrik milik pemerintah selama 65 hari setiap tahun.
8.
Pelaksanaan Tanam Paksa diserahkan
kepada pemimpin-pemimpin pribumi. Pegawai-pegawai Eropa bertindak sebagai
pengawas secara umum.
Ketentuan ketentuan
tersebut memang kelihatan tidak terlampau menekan rakyat. Dalam prakteknya,
sistem tanam paksa seringkali menyimpang, sehingga rakyat banyak dirugikan,
misalnya:
1.
Perjanjian tersebut seharusnya
dilakukan dengan suka rela akan tetapi dalam pelaksanaannya dilakukan dengan
cara-cara paksaan.
2.
Luas tanah yang disediakan
penduduk lebih dari seperlima tanah mereka. Seringkali tanah tersebut satu per
tiga bahkan semua tanah desa digunakan untuk tanam paksa.
3.
Pengerjaan tanaman-tanaman ekspor
seringkali jauh melebihi pengerjaan tanaman padi. Sehingga tanah pertanian
mereka sendiri terbengkelai.
4.
Pajak tanah masih dikenakan pada
tanah yang digunakan untuk proyek tanam paksa.
5.
Kelebihan hasil panen setelah
diperhitungkan dengan pajak tidak dikembalikan kepada petani.
6.
Kegagalan panen menjadi tanggung
jawab petani
7.
Buruh yang seharusnya dibayar oleh
pemerintah dijadikan tenaga paksaan.
c. Akibat-akibat Tanam Paksa
Bagi Belanda
1. Meningkatnya
hasil tanaman ekspor dari negeri jajahan dan dijual Belanda di pasaran Eropa
2. Perusahaan
pelayaran Belanda yang semula kembang kempis, pada masa Tanam Paksa mendapat
keuntungan besar
3. Pabrik-pabrik
gula yang semula diusahakan oleh kaum swasta Cina, kemudian juga dikembangkan
oleh pengusaha Belanda karena keuntungannya besar.
4. Belanda mendapatkan keuntungan (batiq slot) yang besar.
Bagi Indonesia
Dampak negatif :
1. Kemiskinan
dan penderitaan fisik dan mental yang berkepanjangan
2. Beban pajak
yang berat
3. Pertanian
utamanya padi banyak mengalami kegagalan panen
4. Kelaparan
dan kematian terjadi dimana-mana.
5. Jumlah
penduduk Indonesia menurun.
Dampak positif :
1. Rakyat
Indonesia mengenal teknik menanam jenis-jenis tanaman baru
2. Rakyat
Indonesia mulai mengenal tanaman dagang yang berorientasi ekspor.
Karena
reaksi-reaksi tersebut, secara berangsur-angsur pemerintah Belanda mulai
mengurangi pemerasan lewat Tanam Paksa dan menggantikannya dengan sistem
politik ekonomi liberal kolonial. Tonggak berakhirnya Tanam Paksa adalah dengan
dikeluarkannya Undang-Undang Pokok
Agraria (Agrarische Wet), 1870.
G. POLITIK EKONOMI LIBERAL KOLONIAL SEJAK TAHUN 1870
1. LATAR BELAKANG
a.
Pelaksanaan Sistem Tanam Paksa
yang telah menimbulkan penderitaan rakyat pribumi namun memberikan keuntungan
besar bagi Pemerintah Kerajaan Belanda.
b.
Berkembangnya faham liberalisme
sebagai akibat dari Revolusi Perancis dan Revolusi Industri sehingga sistem
Tanam Paksa tidak sesuai lagi untuk diteruskan.
c.
Kemenangan Partai Liberal dalam
Parlemen Belanda yang mendesak Pemerintah Belanda menerapkan sistem ekonomi
liberal di negeri jajahannya (Indonesia). Hal ini dimaksudkan agar para
pengusaha Belanda sebagai pendukung Partai Liberal, dapat menanamkan modalnya
di Indonesia.
d.
AdanyaTraktat Sumatera, 1871, yang
memberikan kebebasan bagi Belanda untuk meluaskan wilayahnya ke Aceh. Sebagai
imbalannya Inggris meminta Belanda menerapkan sistem ekonomi liberal di
Indonesia, agar pengusaha Inggris dapat menanamkan modalnya di Indonesia.
Pelaksanaan politik ekonomi liberal ini
dilandasi dengan beberapa peraturan diantaranya sebagai berikut :
1.
Indische Comptabiliteit Wet, 1867.
2.
Suiker Wet
3.
Agrarische Wet (Undang-undang
Agraria),1870.
4.
Agrarische Besluit, 1870.
2. PELAKSANAAN SISTEM POLITIK EKONOMI LIBERAL
Sejak tahun 1870 di
Indonesia diterapkan Imperialisme Modern (Modern
Imperialism). sejak tahun tersebut di Indonesia telah diterapkan Opendeur Politiek yaitu politik
pintu terbuka terhadap modal-modal swasta asing. Disamping modal swasta Belanda
sendiri, modal swasta asing lain juga masuk ke Indonesia, seperti modal dari
Inggris, Amerika, Jepang dan Belgia. Modal-modal swasta asing tersebut tertanam
pada sektor-sektor pertanian dan pertambangan, seperti karet, teh, kopi,
tembakau, tebu, timah dan minyak. Sehingga perkebunan-perkebunan dibangun
secara luas dan meningkat pesat.
3. AKIBAT SISTEM POLITIK LIBERAL KOLONIAL
Ø Bagi Belanda :
1.
Memberikan keuntungan yang sangat
besar kepada kaum swasta Belanda dan pemerintah kolonial Belanda.
2.
Hasil-hasil produksi
perkebunan dan pertambangan mengalir ke negeri Belanda. Pada tahun 1870 luas
tanah di pulau Jawa yang ditanami tebu seluas 54.176 bahu, maka dalam tahun
1900 meningkat menjadi 128.301 bahu.
3.
Negeri Belanda menjadi pusat
perdagangan hasil dari tanah jajahan.
Ø Bagi rakyat Indonesia :
- Kemerosotan tingkat kesejahteraan penduduk
- Adanya krisis perkebunan pada tahun 1885 karena jatuhnya harga kopi dan gula membawa akibat buruk bagi penduduk. Uang sewa tanah dan upah pekerja menurun.
- Menurunnya konsumsi bahan makanan, terutama beras, sementara pertumbuhan penduduk Jawa meningkat cukup pesat.
- Menurunnya usaha kerajinan rakyat karena kalah bersaing dengan banyak barang-barang impor dari Eropa.
- Pengangkutan dengan gerobak menjadi merosot penghasilannya setelah adanya angkutan dengan kereta api.
- Rakyat menderita karena masih diterapkannya kerja rodi dan adanya hukuman yang berat bagi yang melanggar peraturan Poenale Sanctie.
H. POLITIK ETIS
1. Latar Belakang
a. Pelaksanaan
sistem tanam paksa yang mendatangkan keuntungan berlimpah bagi Belanda, namun
menimbulkan penderitaan rakyat Indonesia.
b. Eksploitasi
terhadap tanah dan penduduk Indonesia dengan sistem ekonomi liberal tidak
mengubah nasib buruk rakyat pribumi.
c. Upaya
Belanda untuk memperkokoh pertahanan negeri jajahan dilakukan dengan cara
penekanan dan penindasan terhadap rakyat.
d. Adanya
kritik dari kaum intelektual Belanda sendiri (Kaum Etisi) seperti Van Kol, Van Deventer, Brooschooft, De Waal, Baron van Hoevell, Van
den Berg, Van De Dem
dan lain-lain.
Tokoh
tersebut memperjuangkan agar pemerintah Belanda meningkatkan kesejahteraan
moril dan materiil kaum pribumi, menerapkan desentralisasi dan efisiensi.
Perjuangan mereka kemudian dikenal sebagai Politik
Etis. Politik ini kemudian didukung oleh Politik Asosiasi yang memandang perlunya kerjasama yang erat antara
golongan Eropa dan rakyat pribumi untuk kemajuan tanah jajahan.
2. Pelaksanaan Politik etis
Pada
periode 1900 -1925 banyak kemajuan dan perubahan dicapai. Bangunan-bangunan
besar didirikan, semua itu merupakan keharusan dalam kemajuan yang tidak dapat
dielakkan. Perubahan-perubahan tersebut sebagai berikut :
a. Desentralisasi Pemerintahan
Sebelum
tahun 1900 pemerintahan di Indonesia dilakukan secara sentralisasi. Seluruh
jalannya pemerintahan ditentukan oleh menteri jajahan dan pusat pemerintahan
yang ada di Nederland. Sejak tahun 1854 dikeluarkan peraturan yang memberikan
hak kepada parlemen untuk mengawasi jalannya pemerintahan Hindia-Belanda. Hal
ini dimaksudkan untuk menyesuaikan dengan perkembangan zaman ekonomi liberal.
b. Irigasi
Sarana
yang sangat vital bagi pertanian adalah sarana irigasi (pengairan). Pada tahun
1885 pemerintah telah membangun secara besar-besaran bangunan irigasi di
Brantas dan Demak seluas 96.000 bau. Pada tahun 1908 berkembang menjadi 173.000
bau. Menurut rencana pada tahun 1890 akan dibangun irigasi seluas 427.000 bau
selama 10 tahun.
c. Emigrasi (Transmigrasi)
Dalam abad ke-19 terjadi
migrasi penduduk dari Jawa Tengah ke Jawa Timur, berhubung dengan perluasan
tanaman tebu.
d. Edukasi
Pada mulanya pemerintah
kolonial Belanda membentuk dua macam sekolah untuk rakyat pribumi. Sekolah
kelas I (angka satu) yang diperuntukkan kepada anak-anak pegawai negeri, orang
berkedudukan dan berharta. Sedangkan sekolah kelas II (angka dua) diperuntukkan
kepada anak-anak pribumi pada umumnya. Mata pelajaran yang diberikan meliputi
membaca, menulis, berhitung, ilmu bumi, ilmu alam, sejarah dan menggambar.
3. Kegagalan Politik Etis Dan Politik Asosiasi
Kegagalan pelaksanaan
politik Etis tersebut nampak dalam :
1.
Sejak pelaksanaan sistem ekonomi
liberal Belanda mendapatkan keuntungan yang besar, sedangkan tingkat
kesejahteraan rakyat pribumi tetap rendah.
2.
Hanya sebagian kecil kaum pribumi
yang memperoleh keuntungan dan kedudukan yang baik dalam masyarakat kolonial,
yaitu golongan pegawai negeri.
3.
Pegawai negeri dari golongan
pribumi hanya digunakan sebagai alat saja, sehingga dominasi bangsa Belanda
tetap sangat besar.
PERGERAKAN NASIONAL INDONESIA
A. FAKTOR-FAKTOR
PENDORONG MUNCULNYA PERGERAKAN NASIONAL INDONESIA
1. Faktor Intern (dari dalam)
a. Penderitaan rakyat selama
penjajahan Belanda
b. Adanya deskriminasi rasial
c. Adanya Politik Etis
2. Faktor Extern (dari luar)
a. Pengaruh
faham-faham baru dari Eropa, seperti : Liberalisme, Demokrasi dan Nasionalisme
b. Kemenangan
Jepang terhadap Rusia (1904 – 1905), mengangkat harkat dan martabat
bangsa-bangsa Asia.
c. Pengaruh
pergerakan nasional negara-negara Asia-Afrika lainnya, seperti : Turki, Mesir,
India, Cina dan Filipina.
B. PERTUMBUHAN
DAN PERKEMBANGAN IDIOLOGI DAN ORGANISASI PERGERAKAN NASIONAL INDONESIA
Budi Utomo
Berdirinya Budi Utomo diawali dari upaya dr. Wahidin Sudirohusodo berkeliling Jawa untuk membentuk Studie
Fonds (Dana Belajar) untuk memberikan beasiswa bagi siswa yang tidak
mampu, namun berpotensi. Pada kahir 1907, dr. Wahidin bertemu pemuda Sutomo, pelajar STOVIA di Jakarta.
Karena adanya kesamaan pemikiran antara kedua tokoh tersebut, maka pada hari
Rabu, 20 Mei 1908, di Gedung STOVIA (Gedung Kebangkitan Nasional sekarang)
dibentuklah organisasi modern pertama yang diberi nama Budi Utomo. Sebagai ketua pertamanya terpilih dr. Soetomo.
Pada mulanya tujuan Budi Utomo tertulis
secara samar-samar yaitu “Kemajuan bagi Hindia”. Sedangkan jangkauan geraknya
hanya terbatas pada Jawa dan Madura. Dalam waktu 6 bulan, Mei sampai dengan
Oktober 1908, cabang Budi Utomo sudah berdiri di Jakarta, Bogor, Bandung,
Magelang, Yogyakarta, Surabaya, dan Probolinggo.
Pada bulan Oktober 1908, diadakan kongres
Budi Utomo yang pertama di Yogyakarta, yang menghasilkan kepustusan-keputusan
sebagai berikut :
a. Budi Utomo tidak ikut mengadakan kegiatan
politik
b. Kegiatan Budi Utomo ditujukan kepada bidang
pendidikan dan kebudayaan
c. Ruang gerak terbatas pada daerah Jawa dan
Madura.
Kongres tersebut juga memutsukan susunan
pengurus besar Budi Utomo. Bu[ati Karanga Anyar, R.T. Tirtokusumo, dipilih sebagai ketuanya. Pusat organisasi
ditetapkan di Yogyakarta. Dalam
perkembangannya, Budi Utomo kurang diminati oleh golongan muda. Hal ini
disebabkan :
a. Budi Utomo lebih memetingkan golongan
priyayi.
b. Budi Utomo lebih memperhatikan reaksi
pemerintah kolonial daripada reaksi rakyat pribumi.
c. Budi Utomo lebih mengutamakan pemakaian
Bahasa Belanda daripada Bahasa Indonesia
d. Budi Utomo tidak berpolitik
Walaupun
demikian, sampai akhir tahun 1909, Budi Utomo telah mempunyai 40 cabang
dengan jumlah anggota kurang lebih 10.000 orang. Pada tahun 1914, saat Perang
Dunia I meletus, Budi Utomo yang pamornya sudah menurun, mengusulkan perlunya
wajib militer bagi penduduk bumi putera (Indie Weerbaar). Gagasan ini
ditolak Belanda, sebagai gantinya parlemen Belanda membentuk Volksraad
(Dewan Rakyat), Desember 1916.
Serikat Islam
Pada mulanya, pada tahun 1911, Haji Samanhudi mendirikan Serikat Dagang Islam (SDI) di Solo,
dengan tujuan untuk membela kepentingan pedagang-pedagang Indonesia dari
ancaman pedagang Cina. Dengan masuknya Umar
said Cokroaminoto, SDI diubah namanya menjadi Serikat Islam (SI), agar
anggotanya tidak terbatas pada golongan pedagang saja. Adapun tujuan dari
Serikat Islam adalah sebagai berikut :
a. mengembangkan jiwa dagang
b. membantu para anggotanya yang mempunyai
kesulitan dalam usahanya
c. memajukan pengajaran
d. memprbaiki pendapat-pendapat yang keliru
tentang Islam.
Dalam waktu yang relatif singkat Serikat
Islam mendapatkan simpati dan jumlah anggota yang sangat besar. Hal ini
disebabkan oleh :
a. Serikat Islam terbuka bagi semua golongan
b. Serikat Islam berpolitik untuk
memperjuangkan kebenaran dan keadilan
c. Serikat Islam membela kepentingan rakyat
pribumi yang menderita karena penjajahan
d. Serikat Islam dipimpin oleh tokoh-tokoh yang dihormati, seperti alim
ulama dan kiai-kiai
e. Agama Islam dianut oleh mayoritas bangsa
Indonesia.
Melihat adanya tanda-tanda semangat revolusioner
dalam tubuh Serikat Islam, Gubernur Jendral Idenberg menaruh sikap waspada.
Pada bulan Agustus 1912, untuk sementara waktu kegiatan Serikat Islam diskors.
Pada kongres Serikat Islam pertama di Surabaya, Januari 1913, ditegaskan bahwa
Serikat Islam bukan partai politik. Hal ini dimaksudkan untuk tidak melawan
pemerintah Hindia Belanda. Pada kongres tersebut juga diputuskan bahwa Haji
Umar Said Cokroaminoto, sebagai ketua SI dan Surabaya sebagai pusat kegiatan
SI.
Pada tahun 1915 di Surabaya didirikan
Central Serikat Islam (CSI) dengan tugas mengatur kerjasama antar SI daerah.
Sementara itu ISDV (Indische Social Democratische Vereniging) yang berhaluan
komunis yang didirikan oleh H.J.F.M. Sneevliet meakukan penyusupan (infiltrasi)
ke dalam tubuh SI. ISDV berhasil mempengaruhi tokoh-tokoh muda SI, seperti :
Semaun, Darsono, Tan Malaka, dan Alimin Prawirodirjo melalui SI cabang
Semarang. Dalam perkembangannya terjadi pertentangan antara kelompok SI Putih
dan SI Merah yang berhaluan komunis. Oleh karena itu pada konggres SI, Oktober
1921 diputuskan diberlakukannya disiplin partai. Pada tahun 1924, SI Merah
berganti nama menjadi “Sarekat Rakyat”.
Indische Partij
Indische Partij didirikan di Bandung pada
tanggal 25 Desember 1912 oleh tiga serangkai, yaitu :
1. E.F.E. Douwes Dekker atau Danudirja
Setiabudi.
2. Suwardi Suryaningrat
3. dr. Cipto Mangunkusumo
Tujuan didirikannya Indische Partij ini
adalah untuk mempersatukan semua Indiers sebagai persiapan menuju
kehidupan bangsa yang merdeka. Yang dimaksud dengan Indiers adalah semua
orang yang lahir di Indonesia dan mengaku bertanah air Indonesia, baik orang
Indo-Belanda, Cina, Arab maupun pribumi asli. Cita-cita Indische Partij ini
disebarluaskan melalui surat kabar “De
Express”.
Karena sikap dan programnya yang tegas dan
bercita-cita “Hindia Merdeka” untuk pertamakalinya, maka surat permohonan untuk
mendapatkan pengakuan sebagai badan hukum ditolak pemerintah Hindia Belanda.
Sikap kritis Indische Partij ini juga tampak dalam artikel yang ditulis oleh Ki
Hajar Dewantara dalam surat kabar De Express yang berjudul Als ik en Nederlanders Was
(Seandainya Aku Seorang Belanda). Artikel tersebut berisi sindiran terhadap
pemerintah Hidia Belanda yang mengajak bangsa Indonesia untuk memperingati hari
kemerdekaan Belanda yang ke-seratus.
Karena kegiatan-kegiatan IP dianggap
merugikan pemerintah, maka pada bulan Agustus 1913, pemerintah Belanda
menangkap ketiga pemimpin IP tersebut diatas. Merka kemudian mendapatkan
hukuman buang. Mereka sendiri memilih Belanda sebagai tempat pembuangannya.
Dengan dibuangnya ketiga tokoh IP tersebut, maka kegiatan IP semakin menurun.
Oleh karena itulah IP kemudian berganti nama menjadi partai Insulinde. Pada tahun 1919, Insulinde
berganti nama lagi menjadi Nasional
Indische Partij (NIP).
C.
MASA RADIKAL
Pada masa radikal ini organisasi-organisasi
pergerakan nasional melakukan taktik perjuangan non-kooperatif, yaitu
tidak mau bekerja sama dengan pemerintah kolonial Hindia Belanda.
Organisasi-organisasi pergerakan yang melakukan taktik non-kooperatif tersebut
adalah : Sarekat Islam, Perhimpunan Indonesia (PI), Partai Nasional Indonesia
(PNI) dan Partai Komunis Indonesia (PKI). Semangat radikal muncul di kalangan
partai-partai politik di Indonesia dan di negeri Belanda disebabkan oleh
hal-hal sebagai berikut :
a. Setelah perang Dunia I, perasaan anti penjajahan di Asia-Afrika semakin
menonjol
b. Adanya pernyataan Presiden Amerika Serikat,
Woodrow Wilson, tentang hak untuk menentukan
nasib sendiri
c. Adanya krisis ekonomi dunia pada tahun 1921
d. Sikap Gubernur
Jendral Fock yang sangat reaksioner dan mengabaikan kekuatan yang sedang
berkembang di kalangan masyarakat Indonesia.
Perhimpunan Indonesia
Perhimpunan Indonesia didirikan pada tahun
1908 di Den Haag, Belanda. Pada mulanya bernama Indische Veereniging (IV).
Pendirinya adalah orang-orang Indonesia yang berada di Belanda, antara lain
Sultan Kasayangan dan R.M. Noto Suroto. Pada mulanya organisasi ini hanya
berupa organisasi sosial untuk mengurus kepentingan bersama orang-orang
Indonesia di perantauan. Unsur-unsur politik mulai tampak dengan diterbitkannya
majalah Hindia Putra pada bulan Maret 1916. Organisasi ini semakin berkembang
dengan kedatangan tokoh-tokoh tiga serangkai pendiri Indische Partij yang
sedang menjalani hukuman buang di negeri Belanda.
Setelah Perang Dunia I, semangat
nasionalisme semakin kuat, pada tahun 1922 Indische Veereniging berganti nama
menjadi Indonesische Veereniging. Pada tahun 1923 majalah Hindia Putra berganti
nama menjadi Indonesia Merdeka. Pada tahun 1925 Indonesische Veereniging
berganti nama menjadi Perhimpunan Indonesia (PI). Aktifitas politik PI ini
semakin meningkat sejak bergabungnya Ahmad Subarjo dan Mohammad Hatta ke dalam
tubuh PI. Bahkan kemudian PI menegaskan bahwa tujuan PI adalah Indonesia
Merdeka yang akan dicapai melalui aksi bersama dan serentak oleh masyarakat
Indonesia.
Untuk mendapatkan dukungan internasional,
maka PI ikut aktif dalam kegiatan-kegiatan organisasi internasional menentang
penjajahan, seperti :
a. Liga Penentang Imperialisme dan Penindasan
Kolonial
b. Liga Demokrasi Internasional
c. Kongres Wanita Internasional
d. Mengadakan hubungan dengan Komunisme
Internasional (Komintern).
Pada tahun 1920-an pengaruh PI di tanah air
semakin luas. Beberapa organisasi lahir di tanah air karena mendapat pengaruh
dari PI, seperti : PPPI, PNI, dan Jong Indonesia. Pada tahun 1927 diadakan
penggeledahan terhadap pemimpin-pemimpin PI. Empat tokoh PI, yaitu : Moh. Hatta, Nazir Datuk Pamuncak, Ali Sastroamijoyo,
dan Abdul Majid Joyoadiningrat
ditangkap pemerintah kolonial Hindia Belanda. Mereka dituduh akan melakukan
pemberontakan dan pemerintah kolonial menduga ada hubungan antara pemberontakan
PKI, 1926 dengan PI.
Partai Nasional Indonesia
Partai Nasional Indonesia berdiri pada
tanggal 4 Juli 1927 di Bandung.
Banyak anggota PNI adalah mantan anggota Perhimpunan Indonesia yang kembali ke
tanah air. Ir. Sukarno terpilih
sebagai ketua PNI. Sedangkan tujuan PNI adalah “Indonesia Merdeka”. Tujuan
tersebut akan dicapai dengan azas “percaya pada diri sendiri”, artinya
memperbaiki keadaan politik, ekonomi dan sosial budaya yang rusak karena
penjajahan dengan kekuatan sendiri. Idiologi PNI adalah Marhaenisme yang
dicetuskan oleh Ir. Sukarno dengan tujuan untuk menggalang persatuan dari
aliran-aliran politik yang ada di Indonesia, yaitu : Nasionalis, Islam dan Marxis.
Pemimpin-pemimpin PNI seperti : Mr.
Sartono, Mr. Suyudi, Mr. Iskaq Cokrohadisuryo, dr. Syamsi, Mr. Budyarto, Mr.
Ali Sastroamijoyo dan khususnya Ir. Sukarno berhasil menggerakkan
rakyat Indonesia sehingga pengaruh PNI semakin luas. Dengan aksi persatuannya,
PNI berhasil membentuk Permufakatan
Perhimpunan-perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI) pada tanggal 18 Desember 1927 di Bandung.
PPPKI beranggotakan PNI, SI, Budi Utomo, Pasundan, Sumatranen Bond, Kaum
Betawi, Indonesische Studie Club dan Algemene Studie Club.
Adanya isu bahwa PNI akan mengadakan
pemberontakan, dijadikan alasan oleh pemerintah kolonial untuk mengadakan
penggeledahan dan penangkapan. Sehingga pada bulan Desember 1929, empat tokoh
PNI ditangkap. Mereka adalah Ir.
Sukarno, R. Gatot Mangkupraja, Maskun Sumadireja dan Supriadinata. Dalam pengadilan mereka di Sukamiskin, Bandung, Ir.
Sukarno membacakan pidato pembelaannya berjudul “Indonesia Menggugat”.
Tokoh-tokoh PNI tersebut akhirnya dijatuhi hukuman penjara.
ZAMAN
PENDUDUKAN JEPANG
DAMPAK PENDUDUKAN JEPANG BAGI KEHIDUPAN BANGSA INDONESIA.
Pada
tanggal 18 Desember 1941, Jepang melakukan pemboman terhadap pangkalan Angkatan
Laut Amerika Serikat di Pearl Harbour (Hawai). Setelah pemboman
itu dilakukan, baru disampaikan pernyataan perang secara resmi terhadap Amerika
Serikat. Kemudian secara serentak Jepang bergerak masuk ke Asia Tenggara dengan
taktik gerak cepat. Sasarannya adalah Indo-Cina, Muang Thai, Birma, Malaya,
Filipina dan Hindia Belanda (Indonesia).
Di
Indonesia Jepang memperoleh kemajuan yang pesat. Berturut-turut kota minyak
seperti Tarakan, Balikpapan jatuh pada bulan Januari 1942, kemudian Pontianak
dan Palembang pada bulan Pebruari 1942.
Dalam pertempuran di Laut Jawa pada tanggal 19 Februari 1942, Jepang berhasil
menghancurkan armada gabungan Sekutu. Sehingga terbukalah pintu gerbang ke
Pulau Jawa. Mengetahui kenyataan itu, Gubemur Jendral Hindia-Belanda
memindahkan pemerintahannya ke Bandung.
Pimpinan tentara sekutu di Jawa adalah Letnan Jendral H. Ter Poorten. Sedangkan tentara Jepang yang dikerahkan merebut Pulau
Jawa dipimpin oleh Letnan Jendral Hitosyi Imamura. Pada tanggal 1 Maret 1942 mereka mendarat di tiga
tempat sekaligus, yaitu Teluk Banten, di Eretan (Jawa Barat) dan di Kragan
(Jawa Tengah). Tanggal 5 Oktober 1942 dengan mudah Jepang memasuki kota Jakarta
(Batavia). Dalam rangka menyerbu Bandung, Jepang menduduki Subang dan Pangkalan
Udara
Kalijati. Kemudian mereka
bergerak ke pusat pertahanan Belanda/Sekutu di Bandung dan Pegunungan Priangan.
Di
Cianter (garis depan pertahanan Belanda/Sekutu) pasukan Belanda terdesak sampai
ke Lembang. Akhirnya pada tanggal 8 Maret 1942, Belanda menyerah dan harus
menandatangani perjanjian yang dikenal sebagai Kapitulasi Kalijati.
Perjanjian tersebut berisi penyerahan tanpa syarat Belanda/Sekutu terhadap
Jepang. Dalam perundingan tersebut pihak Sekutu diwakili oleh Letnan Jendral
Ter Poorten. Dalam perjanjian itu hadir
pula Gubemur Jendral Belanda di Indonesia, Tjarda
Van Starkenborg Stachouwer. Sedangkan
pihak Jepang diwakili Letnan Jendral Hitoshi Imamura.
Setelah
penyerahan kedaulatan tersebut, Indonesia dibagi atas tiga wilayah pemerintahan
militer pendudukan, yaitu:
1.
Tentara ke enam belas (Angkatan
Darat) memerintah di Jawa dan Madura, dengan pusat pemerintahan di Jakarta/Batavia.
2.
Tentara ke duapuluh lima,
memerintah di Sumatera, berpusat di Bukit
Tinggi
3.
Armada Selatan Kedua memerintah
Kalimantan, Sulawesi, Nusatenggara, Maluku dan Irian Jaya, pusatnya di Ujung Pandang
PERGERAKAN
NASIONAL PADA ZAMAN JEPANG
GERAKAN 3 A
Untuk
mendapatkan dukungan rakyat Indonesia, Jepang mempropagandakan dirinya sebagai
saudara tua yang akan membantu bangsa Indonesia untuk membebaskan diri dari
cengkeraman bangsa Barat. Untuk itu kemudian pemerintah pendudukan Jepang
membentuk Gerakan 3 A, yaitu:
1.
Nippon Cahaya Asia
2.
Nippon Pelindung Asia
3.
Nippon Pemimpin Asia
Namun
gerakan ini tidak berumur lama, karena tidak mendapat simpati dari rakyat.
Untuk dapat menarik simpati rakyat Indonesia, Jepang menawarkan kerjasama
kepada tokoh-tokoh Pergerakan Nasional. Pemimpin-pemimpin Indonesia seperti lr. Soekarno, Moh. Hatta, Sutan Syahrir, dan lain-lain dibebaskan dari
penahanan Belanda.
Kemudian
empat orang nasionalis terkemuka, yang dikenal dengan sebutan Empat
Serangkai, yakni : Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, K.H.
Mas Mansyur dan Ki Hajar Dewantara
mendapat kepercayaan untuk membentuk gerakan baru, yang diberi nama PUTERA
(Pusat Tenaga Rakyat) pada tanggal 16 April 1943. Sebenarnya tujuan Jepang
membentuk PUTERA adalah untuk membujuk kaum nasionalis
sekuler dan golongan intelektual agar mau mengabdi kepada kepentingan
Jepang. Namun dalam prakteknya, para pemimpin Indonesia malah memanfaatkan
PUTERA untuk kepentingan bangsa Indonesia. Dengan menggunakan media komunikasi
massa milik Jepang, seperti surat kabar dan radio, pemimpin Indonesia dapat
komunikasi dengan rakyat secara lebih luas.
Dalam
perkembangannya, Jepang menganggap bahwa PUTERA lebih bermanfaat bagi pihak
Indonesia daripada untuk Jepang. Oleh karena itulah Jepang membentuk organisasi
baru, yaitu Jawa Hokokai (Himpunan Kebaktian Jawa). Alasan pembentukan
organisasi ini adalah rakyat perlu dihimpun tenaganya lahir-batin sesuai dengan
Hokoseisyin (semangat kebaktian).
Sebagai organisasi sentral terkendali, Jawa Hokokai, terdiri dari beberapa
macam Hokokai Profesi seperti: lzi Hokokai, Fujinkai, Keimin Bunka Syidoso, dan lain-lain.
MIAI (Majelis
Islam ‘Ala Indonesia)
Walaupun pemerintah militer Jepang mengekang aktifitas kaum nasionalis,
akan tetapi golongan nasionalis Islam mendapat perlakuan lain. Golongan ini
memperoleh kelonggaran, karena Jepang menilai golongan ini paling anti Barat
dan mudah dirangkul. Oleh karena itu
pada bulan November
1943, Jepang memperkenankan berdirinya
MIAI (Majelis Islam ‘Ala Indonesia)
yang sebenarnya sudah dibentuk sejak zaman penjajahan Belanda. Dalam waktu
singkat MIAI tumbuh menjadi sebuah organisasi yang besar. Hal ini tidak diperkirakan oleh Jepang sebelumnya.
Sehingga tokoh-tokoh MIAI mulai diawasi. Pada bulan Oktober 1943 MIAI
dibubarkan dan diganti dengan organisasi lain yaitu MASYUMI (Majelis Syuro Muslimin Indonesia). Masyumi
dipimpin oleh K.H. Hasyim Asy'ari,
K.H. Mas Mansyur, K.H. Farid Ma'ruf, Kartosudarmo. K.H. Nahrowi dan Zainul Arifin.
PENGERAHAN
TENAGA UNTUK USAHA PERANG JEPANG
Sejak
awal tahun 1943 situasi Perang Pasifik mulai berubah. Jepang mulai merasakan
serangan Sekutu di Pasifik, terutama dalam pertempuran laut di sekitar Midway dan di Laut Karang.
Karena kehabisan tenaga manusia untuk keperluan perang, maka Jepang berupaya
mendapatkannya dari negeri jajahan. Sehingga memasuki tahun kedua dari
pendudukannya, Jepang secara intensif melatih pemuda-pemuda Indonesia di bidang
militer.
Pada
tanggal 9 Maret 1943 didirikan Seinendan
(barisan pemuda). Anggota Seinendan adalah pemuda-pemuda berusia 14-22 tahun.
Sedangkan di sekolah-sekolah, para pelajar diwajibkan bergabung dengan Gokutotai (barisan pelajar). Tanpa
disadari Jepang di dalam kedua organisasi tersebut telah bersemi semangat
nasionalisme. Bahkan pada pucuk pimpinan Seinendan duduk beberapa nasionalis
muda seperti Sukarni, Abdul Latif, dan lain-lain. Selain
Seinendan dibentuk pula Keibodan (barisan bantu polisi) bagi
semua laki-laki berbadan sehat berusia 23 -25 tahun.
Untuk
pengerahan tenaga wanita, maka pada bulan Agustus 1943 dibentuk Fujinkai
(himpunan wanita). Memasuki tahun 1944, Jepang semakin terdesak, satu demi satu
wilayah pendudukan Jepang jatuh ke tangan sekutu, bahkan serangan Sekutu mulai
diarahkan langsung ke negeri Jepang. Dalam keadaan demikian, pemerintah Jepang
membentuk barisan-barisan semi militer lainnya. Pada tanggal 1 November 1944
dibentuk Suishintai (barisan pelopor) yang merupakan hasil sidang Cuo
Sangi In (Dewan Pertimbangan Pusat)
pada pertengahan tahun 1944. Barisan pelopor merupakan organisasi
pemuda yang dipimpin oleh kaum nasionalis Indonesia, seperti lr.
Soekarno (ketua), R.P. Soeroso (wakil), Otto
lskandardinata, Dr. Buntaran Martoatmodjo, dan lain-lain. Barisan
pelopor merupakan "onderbouw" dari Jawa Hokokai. Disamping itu pada
tanggal 8 Desember 1944 dibentuk Jibakutai (Barisan Berani Mati).
Sedangkan pada tanggal 15 Desember 1944 dibentuk Kaikoseinen Teishintai, yaitu barisan semi militer dari kaum
muda Islam yang lebih dikenal sebagai Hizbullah (Tentara Allah).
Pada
bulan April 1943 dikeluarkan pengumuman yang isinya memberi kesempatan kepada
pemuda Indonesia untuk menjadi Heiho (pembantu prajurit Jepang). Heiho
langsung ditempatkan dalam organisasi militer Jepang. Sebagai pembantu prajurit
Jepang sebenarnya Heiho lebih terlatih dibandingkan Peta. Bhakan diantara
anggota Heiho ada yang dipercaya sebagai pemegang senjata anti pesawat tank,
artileri medan, pengemudi, dan lain-lain. Mereka juga ikut bertempur di front Solomon,
Irian, Birma dan lain-lain.
TENTARA PETA
Sebelum
pembentukan Peta, Jepang melatih pemuda-pemuda Indonesia untuk tugas intelejen.
Latihan yang dipimpin oleh Letnan
Yanagawa ini, akhirnya berkembang menjadi latihan khusus dalam Seinen Dojo (panti latihan pemuda) yang terletak di Tangerang. Panglima tentara ke-16 Letnan
Jendral Kumakici Harada menghendaki agar pembentukan tentara Peta
dibuat sedemikian rupa seolah-olah merupakan usul dari bangsa Indonesia
sendiri. Maka dipilihlah Gatot Mangkupraja untuk mengajukan permohonan
kepada Gunseikan, agar dibentuk tentara yang segenap anggotanya terdiri
dari orang Indonesia. Surat permohonan tersebut dikabulkan melalui Osamuseirei
No. 44, 3 Oktober 1943 yang isinya menetapkan dibentuknya Tentara PETA (Pembela
Tanah Air). Berbeda dengan Heiho, di dalam PETA terdapat jenjang kepangkatan,
sebagai berikut :
1. Daidanco (komandan batalyon)
2. Cudanco (komandan kompi)
3. Shodanco (komandan peleton)
4. Budanco (komandan regu)
5. Geyuhei (prajurit sukarela)
Calon perwira Tentara Peta mendapat
latihan militer untuk pertama kalinya di Bogor. Setelah lulus mereka
ditempatkan di daidan-daidan Jawa,
Madura, dan Bali sebagai Daidanco.
Adapun tempat latihan untuk para calon Budanco
terdapat di Magelang dan di Cimahi. Tentara Peta berperan penting selama Perang Kemerdekaan Indonesia
dan sesudahnya.
PEMERAHAN SOSIAL-EKONOMI
A. PEMERAHAN BAHAN MAKANAN
Ketika Jepang menduduki Indonesia,
obyek-obyek vital dan perangkat-perangkat produksi telah hancur. Sehingga pada
awal pendudukan Jepang, sebagian besar kehidupan ekonomi lumpuh. Untuk mencegah
meningkatnya harga barang, maka dikeluarkan peraturan pengendalian harga dan
pelanggarnya dijatuhi hukuman berat. Semua harta benda dan perusahaan
perkebunan bekas milik orang sekutu disita dan beberapa perusahaan vital
seperti pertambangan, listrik, telekomunikasi dan perusahaan transport langsung
dikuasai pemerintah pendudukan Jepang.
Dalam
kondisi perang, Jepang menerapkan sistim ekonomi Autarki, artinya setiap
daerah harus dapat memenuhi kebutuhannya sendiri dan harus pula dapat menunjang
kebutuhan perang. Tanaman kopi, teh, dan tembukau dikategorikan tanaman untuk kenikmatan dan kurang berguna
untuk usaha perang Jepang. Maka perkebunan untuk ketiga tanaman tersebut
diganti dengan tanaman pangan dan tanaman jarak
untuk pelumas yang berguna dalam situasi perang. Sedangkan tanaman Kina dan
Karet yang diperlukan untuk perang
dipelihara dengan baik. Karena persediaan gula dianggap cukup, maka rakyat
dilarang menanam tebu dan membuat
gula.
Pada tahun 1944 keadaan perang semakin
kritis, maka kebutuhan perang semakin meningkat pula. Maka dilancarkan kampaye
pengerahan barang dan bahan makanan secara besar-besaran. Pengerahan ini
dilakukan oleh Jawa Hokokai, Nogyo Kumiai (Koperasi Pertanian) dan
instansi-instansi resmi pemerintah lainnya.
Sejak tahun 1942 kebutuhan pangan
rakyat sudah tidak mencukupi, dan terus bertambah parah. Maka pemerintah Jepang
memerintahkan memperbesar produksi pangan dan membuka areal baru. Di Sumatera
Timur dibuka 10.000 hektar ladang padi baru. Di Pulau Jawa 500.000 hektar hutan
ditebang secara liar. Di Kalimantan dan Sulawesi penduduk diwajibkan menanam
padi. Dari jumlah hasil panen rakyat hanya boleh memiliki 40% saja. Sedangkan
yang 30% diserahkan kepada pemerintah melalui Kumiai Penggilingan Padi dan dibeli dengan harga yang telah
ditentukan oleh pemerintah. Sisanya sebanyak 30% lainnya disediakan untuk bibit
dan disetorkan ke lumbung desa.
B. PEMERAHAN TENAGA KERJA
Untuk
keperluan perang, Jepang membutuhkan tenaga kerja yang banyak untuk membangun
sarana pertahanannya, seperti kubu-kubu pertahanan, gua-gua, gudang-gudang
bawah tanah, lapangan udara darurat, dan sebagainya. Desa-desa diwajibkan
meyediakan sejumlah tenaga Romusha
menurut jatah tertentu. Panitia pengerahan romusha itu disebut Romukyokai yang ada di setiap
daerah. Karena tenaga kerja Romusha umumnya petani, maka besar pengaruhnya bagi
merosotnya perkonomian desa.
Di
tempat-tempat mereka bekerja, mereka diperlakukan dengan kasar, kesehatan dan
makanan tidak terjamin, sehingga banyak diantara mereka yang meninggal. Oleh
karena itu banyak orang takut menjadi romusha. Untuk menghilangkan ketakutan
penduduk, sejak tahun 1943 Jepang melancarkan kampanye baru, bahwa romusha
sebagai "prajurit ekonomi'' atau "pahlawan pekerja". Pada bulan
Januari 1944, Jepang memperkenalkan sistem Tonarigumi (rukun tetangga), yang terdiri 10-20 rumah tangga.
Beberapa tonarigumi dikelompokkan
menjadi kru (desa atau kota). Maksud diadakan tonarigumi adalah untuk mempermudah mengawasi dan mengendalikan
penduduk, dan memperlancar kewajiban-kewajiban yang dibebankan pada penduduk.
SEJARAH DUNIA YANG
MEMPENGARUHI SEJARAH BANGSA INDONESIA DARI ABAD KE 18 SAMPAI DENGAN ABAD KE-20
I. REVOLUSI
AMERIKA
A. KEDATANGAN BANGSA EROPA DI BENUA AMERIKA
Pada mulanya benua Amerika didiami oleh bangsa
kulit merah yang dikenal sebagai bangsa Indian. Mereka kemudian ditaklukkan
oleh bangsa kulti putih dari Eropa, sehingga benua Amerika sekarang menjadi
benua bangsa kulit putih. Secara berturut-turut bangsa Eropa yang datang dan
menduduki benua Amerika adalah : bangsa Viking, Spanyol, Portugis, Inggris,
Perancis dan Belanda.
Pada tahun 1492 Columbus sampai di Kepulauan
Bahama, Cuba dan Santo Domingo. Semua pulau-pulau itu dimasukkannya ke dalam
wilayah kekuasaan Spanyol. Setelah kedatangan Columbus ini banyak orang-orang
Spanyol dan Portugis datang ke Amerika. Sehingga Amerika Selatan menjadi
jajahan Spanyol dan Brasilia menjadi jajahan Portugis. Sejak abad ke-17 terjadi
perebutan kekuasaan di Amerika Utara antara Perancis, Inggris dan Belanda.
Pada tahun 1674 Inggris merebut Nieuw Amsterdam
yang kemudian dirubah namanya menjadi New York. Setelah Perang Tujuh Tahun
(1756 – 1763) antara Inggris dan Perancis, Inggris berhasil merebut Kanada dan
Louisiana. Akibat perang tersebut Perancis meninggalkan Amerika. Sedangkan
Inggris berkuasa sebagai penjajah di Amerika.
B. PERANG KEMERDEKAAN AMERIKA (1774 – 1783)
1. Sebab-Sebab
Perang Kemerdekaan Amerika terhadap Inggirs terjadi
karena sebab-sebab sebagai berikut :
a. Pendiri Koloni Amerika adalah
Pelarian-Pelarian Agama dari Inggris
b. Faham Kebebasan dalam Perdagangan
c. Inggris Butuh Dana Besar setelah Perang Tujuh
Tahun dengan Perancis
d. Peristiwa The Boston Tea Party, Desember 1773
Inggris mendatangkan teh ke Amerika. Untuk
itu penduduk harus membayar pajak. Ketentuan tersebut tentu saja bertentangan
dengan semangat kebebasan dalam perdagangan. Rakyat Amerika menyamar sebagai
suku Indian Mohawk kemudian melemparkan teh dari tiga buah kapal Inggris di
pelabuhan Boston. Inggris marah dan mengeluarkan undang-undang baru yang oleh
penduduk Amerika dianggap sebagai Undang-undang Paksa (Coercive Act). Penduduk Boston diserang, namun penduduk dari daerah
lain membelanya, sehingga pecahlah perang Kemerdekaan Amerika pada tahun 1774.
2. Jalannya
Perang
Pada mulanya dalam perang ini rakyat Amerika hanya
menentang kebijakan pemerintah Inggris yang dianggap semena-mena. Pada saat itu
belum ada tujuan untuk mencapai kemerdekaan. Pertempuran pertama terjadi di
Lexington kemudian terjadi di Boston. Inggris meminta penduduk Kanada yang juga
koloni inggris untuk membantu Inggris melawan penduduk koloni Amerika. Namun
permintaan itu ditolak, karena pemduduk koloni Kanada merasa senasib dengan
penduduk koloni Amerika. Bahkan paksaan Inggris terhadap penduduk Kanada malah
menimbulkan pertempuran. Keadaan ini tentunya menguntungkan peduduk Amerika.
Dengan demikian penduduk Amerika mempunyai kesempatan untuk menyiapkan tentara
yang dipimpin oleh George Washington
yang pernah berjasa kepada Inggris dalam Perang Tujuh Tahun.
Pada tahun 1776, Thomas Paine mengutarakan pendapatnya dalam sebuah karangan yang
berjudul Comon Sense yang artinya
Akal Sehat. Tulisan tersebut berisi gagasan kemerdekaan. Pendapat Paine itu menyadarkan
penduduk koloni Amerika untuk mengubah tujuan perjuangan mereka dari hanya
menentang kebijakan pemerintah Inggris menjadi perjuangan mencapai kemerdekaan.
Selanjutnya diadakan kongres di Philapdelphia yang
dihadiri oleh wakil-wakil 13 daerah (negara bagian). Mereka sepakat untuk
menandatangani sebuah deklarasi yang dikenal dengan Declaration of Independence yang telah disusun oleh Thomas Jefferson. Tanggal
ditandatanganinya deklarasi tersebut yaitu 4 Juli 1776 dijadikan Hari
Kemerdekaan Amerika (Independence Day).
Kemudian kongres menyepakati adanya Articles
of Confederation sehingga terbentuklah United States of America (USA).
Disamping perjuangan fisik juga dilakukan taktik
diplomasi dengan mengirimkan Benjamin
Franklin ke Eropa. Perancis sebagai lawan utama Inggris segera mengakui
berdirinya negara Amerika pada tahun 1778. Bahkan Perancis kemudian mengirimkan
pasukan yang dipimpin oleh Lafayette
untuk membantu perjuangan rakyat Amerika. Sementara itu Spanyol yang menginginkan
Gibraltar dan Florida kembali menyatakan perang kepada Inggris, sehingga
kedudukan Inggris semakin terdesak. Akhirnya sekitar 7000 pasukan Inggris yang
dipimpin oleh Cornwallis menyerah kepada George Washington dan Lafayette di
kota Yorktown pada tahun 1783.
Dalam Perjanjian Paris tahun 1783 Inggris mengaku
kemerdekaan Amerika. Revolusi Amerika ini berpengaruh besar terhadap terjadinya
Revolusi Perancis dan pergolakan di Amerika Latin.
D. PERANG
SAUDARA DI AMERIKA SERIKAT (1861 – 1865)
Perang saudara di Amerika Serikat ini disebut juga
dengan Civil War sebab merupakan perang antar bangsa Yankees (warga USA).
Perang ini disebut juga dengan Perang Abolisi karena berhubungan erat dengan
upaya penghapusan perbudakan. Adapula yang menyebut sebagai Perang Suksesi
karena dalam perang tersebut wilayah selatan beruasaha memisahkan diri dari
pemerintah pusat di utara.
1. Perbedaan Utara – Selatan
Di dalam negeri Amerika Serikat yang terdiri dari
13 negara bagian sebenarnya terdapat dua blok, yaitu :
1. Blok Selatan yang terdiri atas 9 negara
bagian dengan tokohnya Thomas Jefferson
2. Blok Utara yang terdiri atas 4 negara bagian
dengan tokohnya Alexander Hamilton.
Perbedaan antara kedua blok itu semakin terasa setelah USA berkembang
menjadi negara besar. Perbedaan-perbedaan mendasar itu adalah sebagai berikut :
a. Ekonomi
Daerah utara yang kaya bahan tambang dan
batubara berkembang menjadi daerah industri. Sedangkan wilayah selatan yang
subur menjadi daerah pertanian.
b. Perbudakan
Daerah utara sebagai daerah industri yang
pekerjanya pada umumnya bangsa Barat sehingga tidak memerlukan budak.
Sebaliknya daerah selatan sebagai daerah pertanian sangat memerlukan budak
orang Negro yang bisa dipaksa untuk bekerja keras.
c. Pemerintahan
Pusat pemerintahan Amerika Serikat berada
di wilayah utara, yaitu di Washington DC. Sehingga penduduk wilayah utara lebih
menyukai sistem sentralisasi. Sedangkan pendududk wilayah selatan lebih
menyukai desentralisasi sehingga mempunyai keleluasaan untuk mengatur wilayahnya
sendiri.
d. Sosial
Penduduk wilayah utara yang berasal dari
beraneka ragam bangsa lebih menyukai sistem yang demokratis. Sedangkan penduduk
wilayah selatan yang berasal dari Inggris yang telah mejadi tuan tanah besar
lebih menyukai sistem aristokrasi (pemerintahan oleh kaum bangsawan).
e. Partai
Adanya perbedaan mendasar antara wilayah
utara dan selatan mengakibatkan munculnya dua partai besar di Amerika Serikat
yang saling bersaing dalam pemilihan presiden Amerika Serikat. Di wilayah utara
muncul National Republican Party
(kemudian dikenal sebagai Republican
Party) dengan tokohnya Adams.
3. Jalannya
Perang
Pada mulanya pasukan pihak selatan yang dipimpin
oleh Robert E. Lee dan Thomas J. Jackson lebih unggul dari
pihak utara. Hal ini disebabkan pihak selatan lebih kuat keuangannya dan
sebagai aristrokrat mereka terbiasa dengan organisasi yang rapi. Disamping itu
Inggris dan Perancis mendukung pihak selatan karean negara-negara itu
memerlukan impor bahan mentah untuk industrinya. Ingris dan Perancis juga tidak
menginginkan Amerika Serikat berdiri sebagai negara besar. Oleh karena itu
Inggris membiarkan kapal perampok Alabama ikut membantu pihak selatan.
Pemerintah pusat segera mengerahkan tentaranya
secara besar-besaran di bawah pimpinan Jenderal
Ulysses S. Grant dan William T.
Sherman. Pihak utara menjalankan blokade terhadap wilayah pantai di selatan
sehingga penduduknya mengalami kesulitan mengeksport hasil pertanian dan
mengimpor barang-barang industri yang dibutuhkan.
Tahun 1863 merupakan titik balik (turning point), setelah Gettysburg jatuh
ke tangan pihak utara. Pada tahun yang sama Abraham Lincoln mengumumkan Emancipation Proclamation yang berisi
tentang penghapusan perbudakan di seluruh Amerika Serikat. Kebijakan ini
semakin melemahkan pihak selatan. Kedudukan Lincoln semakin kuat setelah ia
dipilih untuk keduakalinya sebagai presiden Amerika Serikat pada tahun 1864.
Perang saudara ini berakhir dengan pihak utara sebagai pemenangnya. Namun pada
tahun 1865 Abraham Lincoln terbunuh oleh orang fanatik dari pihak selatan.
4. Akibat-Akibat
Perang Saudara di amerika Serikat ini menimbulkan
akibat yang luas baik di dalam maupun di luar negeri, diantaranya sebagai
berikut :
a. Hapusnya Perbudakan
b. Merosotnya Perekonomian Wilayah Selatan
c. Muncul Kaum Carpetbagger
Kaum Carperbagger adalah kaum petualang
dari wilayah utara yang merampok harta milik tuan-tuan tanah di selatan. Pada
tingkat atas mereka berusaha memegang pemerintahan di selatan agar dapat
melakukan korupsi.
d. Muncul Perkumpulan Ku-Kluk-Klan
e. Kehormatan Amerika Serikat Naik
E. PENGARUH
REVOLUSI AMERIKA TERHADAP PERKEMBANGAN PERGERAKAN NASIONAL INDONESIA
Revolusi Amerika terjadi pada masa sebelum
Pergerakan Nasional Indonesia muncul. Sehingga tidak ada pengaruh secara
langsung antara Revolusi Amerika terhadap Pergerakan Naional Indonesia. Akan
tetapi ide-ide dan faham-faham baru yang berkembang luas setelah Revolusi
Amerika berkembang luas ke berbagai penjuru dunia. Revolusi Amerika berpengaruh
besar meletusnya Revolusi Perancis. Selanjutnya semangat revolusi Revolusi
Amerika ini berkembang luas ke seluruh Eropa bahkan ke Asia termasuk Indonesia.
KESADARAN AKAN HAK AZASI
MANUSIA (HUMAN RIGHT)
Declaration of Independence, 4 Juli 1776, sebagai
pernyataan kemerdekaan Amerika terhadap Inggris mengandung nilai-nlai
penghargaan terhadap hak azasi manusia (human
right). Human Right ini pada tahun 1788 dimasukkan ke dalam UUD menjadi Bill of Right. Human Right ini
mempengaruhi Revolusi Perancis 1789, utamanya ketika Dewan Nasional mengumumkan
Pernyataan Hak Azasi manusia dan Warga (Déclaration
des droits de l’home et du citoyen). PBB pada tanggal 10 Desember 1948 mengakui
hak-hak azasi manusia itu di dalam Universal Declaration of Human Right.
Diantara hak dasar yang dimiliki oleh setiap manusia adalah untuk merdeka dari
penindasan manusia lainnya (exploitation
of man by man).
Bangsa Indonesia yang selama ratusan tahun berada
dalam cengkeraman penjajah merupakan bangsa yang terinjak-injak hak azasinya.
Hal itulah yang melahirkan berbagai perlawanan terhadap penjajah baik secara
fisik bersenjata maupun perlawanan dengan menggunakan organisasi modern. Dengan
munculnya golongan terpelajar dan semakin meluasnya hubungan antar bangsa, maka
kesadaran akan perlunya hak azasi manusia itu semakin terasa. Kaum terpelajar
berkesimpulan bahwa untuk mengangkat harkat dan martabat bangsa Indonesia tidak
mungkin di dapat dari tangan penjajah, melainkan harus diperjuangkan dengan
kekuatan sendiri. Anggapan ini diyakini betul oleh organisasi-organisasi
pergerakan nasional.
Di dalam tujuan Indische Partij dituliskan bahwa
hendak menumbuhkan dan meningkatkan integrasi semua golongan untuk memajukan
tanah air dengan dilandasi jiwa nasional dan mempersiapkan kehidupan rakyat
yang merdeka. Sikap tegas Indische partij nampak dalam semboyan mereka “Indie untuk Indiers”. Sedangkan
Perhimpunan Indonesia secara lebih tegas menuliskan tujuannya adalah berjuang
untuk memperoleh suatu pemerintahan untuk Indonesia. Kemerdekaan Indonesia akan
dicapai dengan aksi bersama serentak oleh rakyat Indonesia. PNI secara gamblang
menyatakan tujuannya adalah “Indonesia Merdeka”. Tujuan itu akan dicapai dengan
azas “percaya pada diri sendiri”.
A.
REVOLUSI PERANCIS (1789)
Sebab-sebab :
1.
Adanya kepincangan dalam masyarakat. Raja,
bangsawan dan kaum gereja hidup mewah, bebas pajak dan memiliki berbagai hak
dan wewenang. Sedangkan rakyat biasa hidup miskin dan dibebani berbagai jenis
pajak.
2.
Pemerintahan Monarkhi Absolut yang buruk.
Dengan ciri-ciri : kesewenang-wenangan khususnya dalam menarik pajak, korupsi
merajalela dan tidak berfungsinya DPR.
3.
Adanya pengaruh paham Rasionalisme dan Romantisme dengan tokoh-tokohnya: Montesquieu, Voltaire, J.J. Rousseau, Denis
Diderot dan J. d’Alembert.
4.
Adanya pengaruh perang kemerdekaan Amerika
5.
Adanya kekosongan kekuasaan (Vacuum of Power).
Sebab-sebab khusus :
Sejak
Raja Louis XIV, raja-raja Perancis
suka berfoya-foya dengan wanita-wanita cantik (madame defisit), sehingga kas negara kosong. Maka pada zaman
pemerintahan Louis XVI beban negara
sudah sangat berat. Untuk mengatasi masalah tersebut satu-satunya cara adalah
menarik pajak kepada kaum bangsawan. Bangsawan menolak dan mengusulkan agar
dalam menentukan pajak harus dirundingkan dengan “Etats Generaux” (DPR). Raja
Louis XVI yang lemah menyetujui usul tersebut. Namun dalam sidang DPR
terjadilah kerusuhan. Hal itu disebabkan golongan III (dari rakyat jelata) yang
jumlahnya terbesar menuntut hak suaranya dalam voting secara individul bukannya
per golongan seperti yang dikehendaki oleh gingan I dan golongan II.
Jalannya Revolusi Perancis
Revolusi
Perancis yang dimulai 1789 berlangsung kurang lebih 15 tahun, dibagi dalam enam
masa, sebagai berikut :
1.
Masa Dewan Konstituante
(1789-1791)
2.
Masa Legislatif (1791-1792)
3.
Masa Konvensi Nasional (1792-1795)
4.
Masa Directorat (1795-1799)
5.
Masa Konsulat (1799-1804)
6.
Masa Kekaisaran (1804-1815)
PENGARUH REVOLUSI PERANCIS
TERHADAP PERGERAKAN NASIONAL DI INDONESIA
a. Penyebaran
Faham Liberalisme Oleh Herman Daendels
Pada
tahun 1795 Negeri Belanda berada dibawah kekuasaan Perancis. Napoleon Bonaparte
mengangkat adiknya, Louis Napoleon sebagai penguasa di negeri Belanda pada
tahun 1806. Pada tahun 1808 Raja Belanda, Louis
Napoleon mengangkat Herman Willem
Daendels sebagai Gubernur Jenderal (1808 – 1811). Tugas utamanya adalah
membenahi administrasi pemerintahan dan mempertahankan Jawa dari serangan
Inggris yang tidak lama lagi akan tiba.
Sebagai
pengagum Napoleon Bonaparte, Daendels sangat mendukung perubahan-perubahan liberal.
Ia juga bercita-cita untuk memperbaiki nasib rakyat dengan memajukan pertanian
dan perdagangan. Dengan ideologinya itu ia berupaya untuk menghapuskan sistem
feodalisme yang pada zaman VOC masih dipertahankan. Baik penyerahan wajib
maupun kerja wajib yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip liberalime akan
dihapuskan. Akan tetapi keadaan pada waktu itu menjadi hambatan besar bagi
terlaksanannya ide-ide Daendels. Hambatan-hambatan itu adalah sebagai berikut :
1. Sejak zaman VOC para bupati dan penguasa daerah
lainnya memegang peranan penting dalam perdagangan. Sistem ini mengakibatkan
pasaran bebas (ekonomi liberal) tidak berkembang. Sistem ini juga tidak
memunculkan golongan pedagang yang sangat berperan dalam proses liberalisasi
masyarakat feodal.
2. Dalam struktur
pemerintahan feodal, kedudukan para bupati sangat kuat, sehingga segala upaya
perubahan sulit diterapkan tanpa kerjasama dengan mereka. Kepemimpinan mereka
yang telah lama mengakar kuat menyulitkan untuk menggesar kedudukan para
bupati.
3. Tugas pemrintah
Daendels untuk mempertahankan Pulau Jawa dair serangan Inggris. Untuk membuat
pertahanan yang kuat perlu dibangun saran transportasi. Maka dibangunlah jalan
yang menghubungkan daerah-daerah di Jawa mulai dari Anyer sampai ke Penarukan,
yang kemudian dikenal dengan Jalan Pos (Grote
Postweg). Untuk pebangunan proyek raksasa itu maka dibutuhkan tenaga rakyat
yang besar pula. Maka dari itu penyerahan wajib (verplichte leveranties) dan kerja wajib (verplichte diensten) dipertahankan. Sehingga cita-cita Daendels
untuk menerapkan liberalisme di Indonesia tidak dapat terlaksana. Bahkan
sebaliknya sistem tradisional seperti yang diterapkan pada zaman VOV masih
terus berjalan.
Sehingga
upaya-upaya perubahan yang hendak dilakukan oleh Daendels itu tidak
dilaksanakan dengan baik. Walaupun demikian Daendels dianggap sebagai peletak
dasar liberalisme di Indonesia.
Setelah
Daendels sudah meninggalkan Indonesia, faham liberalisme dan upaya penghapusan
feodalisme masih berlanjut, bahkan lebih digalakkan lagi oleh Thomas Stamford
Raffles. Akan tetapi sepertinya hal Daendels, Raffles juga mengalami banyak
sekali hambatan. Leberalisme khususnya dalam bidang ekonomi baru bisa
dilaksanakan setelah pemerintah Belanda sudah berkembang industrinya dan
memiliki modal yang cukup setelah penerapan Cultuur Stelsel (Tanam Paksa).
Setelah itu politik ekonomi liberal itu terus dilaksanakan oleh pemerintah
kolonial Belanda sampai dengan berakhirnya kekuasaan Belanda di Indonesia.
Penerapan
faham liberalisme dan penghapusan feodalisme ini berpengaruh terhadap munculnya
elit baru dalam tatanan masyarakat Indonesia, yaitu golongan terpelajar.
Golongan terpelajar inilah yang pertama kali menyadari perlunya memperjuangkan
harkat dan martabat bangsa sesuai dengan azas-azas faham kemerdekaan dan
kebebasan (liberalisme).
b. Penyebaran
Faham Nasionalisme
Berbagai
revolusi yang terjadi di Eropa, utamanya Revolusi Perancis mengilhami
perjuangan bangsa-bangsa terjajah di Asia-Afrika, termasuk Indonesia walaupun
dalam kondisi yang berbeda. Nasionalisme di Asia-Afrika termasuk di Indonesia
disebabkan oleh penindasan yang dilakukan oleh negara-negara imperialis Barat.
Pelaksanaan
Politik Etis memberikan kesempatan pendidikan kepada penduduk bumi putera,
walaupun dalam lingkup yang terbatas. Akan tetapi dengan adanya pendidikan
muncul golongan baru, yaitu golongan terpelajar yang menjadi pelopor pergerakan
nasional. Dengan pendidikan itu pula kaum terpelajar dapat mengikuti
perkembangan pemikiran bangsa-bangsa Barat, Mereka mempelajari berbagai ide-ide dan faham-faham baru yang
berkembang di Eropa pada waktu itu, seperti liberalisme, demokrasi dan
nasionalisme bahkan komunisme.
Pada awal
pergerakan nasional muncul beberapa organisasi dengan sifat yang berbeda. Budi
Utomo lebih bersifat organisasi budaya, Sarikat Islam bersifat sosial-ekonomi
dan religius, sedangkan Indische Partij bersifat politis. Namun ketiga-tiganya
memiliki kesamaan yaitu sama-sama bersifat nasionalis yang berjuang untuk
mengangkat harkat dan martabat bangsanya menuju kemerdekaan di kelak kemudian
hari. Demikian juga dengan partai-partai berdiri pada masa berikutnya, seperti
Partindo, PNI Baru, dan Parindra. Sedangkan PKI lebih menonjolkan faham
internasionalismenya dengan menganggap dirinya sebagai satu keluarga dari
komintern (komunis internasional).
C. Pesta
Peringatan Kemerdekaan Belanda Ke-100 dari Perancis
Dalam rangka merayakan ulang tahun ke-100 kemerdekaan negeri Belanda
dari penjajahan Perancis, di Bandung dibentuklah sebuah komite yang dikenal
sebagai “Komite Bumiputera”. Komite ini bermaksud hendak mengirimkan telegram
kepada Ratu Belanda yang isinya mengandung permintaan agar dibentuk majelis
perwakilan rakyat sejati dan ketegasan adanya kebebasan berpendapat di daerah
jajahan. Salah seorang pemimpin komite ini, Suwardi Suryaningrat, menulis sebuah risalah yang berjudul “Als ik een Nederlander was …”, yang
isinya merupakan sebuah sindiran terhadap pemerintah kolomnial Belanda yang
mengajak penduduk bumi putera sebagai penduduk mereka jajah, diajak untuk
merayakan hari kemerdekaan penjajah Belanda yang ke-100 dari penjajahan
Perancis.
Dari artikel
yang tersebut dapat disimpulkan bahwa nbngsa Indonesia sudah memendam rasa
nasionalisme yang sangat dalam. Keinginan untuk berdiri sebagai bangsa yang
merdeka dan bermartabat sudah mereka perjuangkan sebagai hak semua bangsa bukan
hanya hak bangsa Barat. Seperti yang diungkapkan oleh Suwardi Suryaningrat
dalam artikelnya tersebut :
D. Pertumbuhan dan Perkembangan Faham di Indonesia
Perang Dunia I (1914 – 1918) memberikan dorongan
moril bagi bangsa-bangsa di Asia – Afrika, termasuk Indonesia untuk melepaskan
diri dari belenggu penjajahan. Karena hampir semua negera-negara yang terlibat
perang tersebut mempunyai negara-negara jajahan, maka pengaruhnya meluas ke
negeri-negeri jahahan di Asia dan Afrika. Dalam perang tersebut puluhan ribu
bangsa kulit berwarna dari Asia dan Afrika turut berperang utamanya di pihak
sekutu.
Pada akhir Perang Dunia I, Presiden Amerika
Serikat, Woodrow Wilson yang memproklamasikan gagasan-gagasannya yang dikenal
sebagai Wilson Fourteen Point. Isi
dari pernyatannya itu dantara lain The
Principle of Self Determination (Prinsip untuk menentukan nasib sendiri)
yang isinya hak-hak bangsa-bangsa terjajah untuk menentukan merdeka dari segala
bentuk penjajahan sehingga dapat menentukan nasib sendiri.
Pernyataan Wilson tersebut memberikan dorongan
semangat yang sangat besar bagi bangsa Indonesia utamanya dari kaum pergerakan
nasional. Budi Utomo berdasarkan adanya kemungkinan adanya intervensi kekuasaan
asing akibat Perang Dunia I, mengutarakan gagasan tentang pentingnya pertahanan
sendiri.
(a) PEMBENTUKAN
VOLKSRAAD
Pada kongres Budi utomo tanggal 5 dan 6 Agustus
1915 Budi Utomo menetapkan usulan perlunya dibentuk wajib militer dari kalangan
kaum pribumi. Akan tetapi sebelumnya harus terlebih dahulu dibentuk parlemen
yang berhak membuat undang-undang. Selanjutnya komite Indie Weerbaar memutuskan 23 Juli 1916 menyatakan bahwa merupakan
suatu kepentingan yang mendesak untuk segera dibentuk kekuatan militer baik
laut maupun darat dari kalangan bumi putera agar dapat mempertahankan diri dari
serangan dari luar. Dwidjosewoyo sebagai wakil
Budi Utomo dalam misi itu berhasil mengadakan pendekatan dengan
pemimpin-pemimpin terkemuka Belanda.
Walaupun misi ini tidak berhasil meloloskan usulan tentang pembentukan
wajib militer. Sebagai gantinya pepemrintah Belanda akan membentuk Volksraad
yang disahkan pada bulan Desember 1916.
Keterangan yang disampaikan oleh Menteri Daerah
Jajahan tentang kemungkinan Volksraad akan menjadi parlemen yang sebenarnya
sangat mengembirakan. Namun dalam kenyataannya sampai menjelang Perang Dunia
II, pemerintah kolonial tidak pernah membentuk parlemen yang benar-benar
sebagai badan legislatif. Volksraad hanyalah badan yang berhak memberikan
usulan, namun tidak mempunyai kekuatan apa-apa untuk mengontrol jalannya
pemerintahan.
(b) TUNTUTAN INDONESIA BERPARLEMEN
Parlemen merupakan suatu badan yang harus ada pada
negara yang berdasarkan azas-azas demokrasi seperti yang diperjuangkan oleh
rakyat Perancis, khususnya oleh Montesquieu. Setelah tuntutan Petisi Sutarjo
ditolak oleh pemerintah Belanda, maka kaum pergerakan nasional mengalihkan
tuntutannya kepada pembentukan parlemen yang sebenarnya yang dipilih oleh
rakyat. Untuk itu kaum pergerakan nasional menunggu saat yang tepat untuk
mengutarakan gagasannya tersebut.
Pada tanggal 21 Mei 1939 berhasil dibentuk badan
kerjasama antar partai-partai politik di dalam Volksraad yang disbeut Gabungan
Politik Indonesia (GAPI) yangdipimpin oleh Mohammad Husni Thamrin. Di dalam
konferensi pertama GAPI tanggal 4 Juli 1939 didiskusikan tentang aksi yang akan
digalang oleh GAPI dengan semboyannya “Indonesia Berparlemen”. Hal ini jelas
bukanlah tuntutan merdeka penuh melainkan pembentukan parlemen yang berdasarkan
pada sendi-sendi demokrasi.
Momentum untuk menyampaikan gagasan itu muncul
ketika meletusny Perang Dunia II pada tanggal 20 September 1939. GAPI
menyampaikan gagasannya yang dikenal dengan Manifestasi GAPI, yang isinya :
mengajak Indonesia dan Belanda untuk bekerjasama menghadapi bahaya fasisme.
Kerjasama itu akan berhasil apabila keoada rakyat Indonesia diberikan suatu
pemerintahan dengan parlemen yang dipilih dari dan oleh rakyat serta
pemerintahan yang bertanggungjawab kepada parelemen tersebut.
Usulan GAPI ini mendapat sambutan baik dari pers
Indonesia dengan menguraikan sikap dari beberap bangsa Asia dalam menghadapi
bahaya fasisme. GAPI sendiri juga mengadakan rapat-rapat umum yang mencapai
puncaknya pada tanggal 12 Desember 1939. Tidak kurang dari 100 tempat
mengadakan rapat umum untuk mempropagandakan seruan Indonesia Berparlemen. Kemudian dibentuklah Comite Parlemen
Indonesia untuk mempetegas sikap GAPI tersebut.
Pada bulan Agustus tahun 1940, negeri Belanda sudah
dikuasai oleh Jerman. Sedangkan Indonesia dinyatakan dalam keadaan darurat
perang. Kembali GAPI mengutarakan usulannya agar Volksraad diganti dengan
parlemen sejati dan kepala departemen bertanggungjawab kepada parlemen
tersebut. Tuntutan itu dikirim kepada Gubernur Jenderal, Volksraad, Ratu
Wilhelmina dan Kabinet Belanda yang dipindahkan ke London. Namun perjuangan yang
sangat gigih dari GAPI itu hanya ditanggapi dengan pembentukan Komisi Visman.
Namun Komisi ini pun tidak mampu memberikan apa yang diperjuangkan oleh GAPI
sampai akhirnya Indonesia jatuh ke tangan Jepang.
III. REVOLUSI
RUSIA
Pada abad ke-19 keadaan Rusia masih sangat
terbelakang jika dibandingkan dengan keadaan Eropa – Barat. Masyarakat Rusia
terbagi menjadi dua golongan, yaitu : golongan tuan tanah (bangsawan) dan
petani (rakyat jelata). Rusia masih merupakan negara agraris yang kolot. Kaum
borjuis yang biasanya menjadi pelopor
liberalisme belum ada. Dalam pandangan rakyat yang agraris itu tsar Rusia
diangap sebagai dewa yang keramat. Bangsawan yang berhubungan dekat dengan raja
memiliki kedudukan istimewa. Mereka merupakan tuan tanah besar yang mengekang
kehidupan rakyat jelata.
Rakyat jelata yang kebanyakan petani miskin yang
tidak memiliki tanah sendiri. Mereka merupakan budak dari para tuan tanah. Status petani yang menjadi budak para tuan
tanah ini disahkan oleh oleh Tsar Alexis melalui Undang Undang Perbudakan tahun
1646.
A. INDUSTRIALISASI DI RUSIA
Industrialisasi di Rusia diprakarsasi oleh Sergei
Witte yang sejak tahun 1892 menjadi menteri keuangan pemerintahan Tsar. Agar
Rusia tidak ketinggalan dengan negara-negara Eroap lainnya ia segera membangun
industri-industri besar seperti : infustri tekstil, pertambangan batu bara,
minyak, dan besi. Sehingga industri berkembang sangat pesat.
Industri besar-besaran membutuhkan modal besar yang
didapatkan dari pinjaman-pinjaman luar negeri, utamanya dari Perancis. Tetapi
hal itu harus dibayar dengan resiko politik yang berat, seperti yang terdapat
dalam Perjanjian Rusia – Perancis tahun 1892 yang isisnya : Rusia akan
mendukung Perancis apabila terjadi perang dengan Jerman.
B. MUNCULNYA SOSIALISME DAN KOMUNISME DI RUSIA
Pemerintahan Tsar Nicholas II bermuka dua, yaitu
mengekang kehidupan politik, namun senantiasa memajukan perekonomian dengan
jalan meningkatkan produksi pertanian dan memajukan industri. Sementara itu
perkembangan industri menimbulkan munculnya golongan buruh (proletar) yang
menuntut hak-hak politik rakyat.
Pada tahun 1898 George Plekhanov mendirikan Partai
Sosialis Demokrat dengan programnya yang moderat (lunak, lawan dari radikal :
keras), yaitu persamaan dalam hukum, kemerdekaan pers, berbicara, berkumpul,
dan perbaikan nasib buruh dan tani. Tujuan ini hendak dicapai dengan cara
diplomasi politk dan pemogokan. Akan tetapi kelompok radikal dari partai ini
menolak cara diplomasi politik (indirect
action) dan menghendaki cara pemogokan (direct
action).
Perbedaan strategi dari kedua kubu itu memicu
terjadinya perpecahan pada Partai Sosial-Demokrat. Pada Kongres Partai Demokrat
dari seluruh dunia pada tahun 1903, Partai Sosialis Demokrat tersebut pecah
menjadi dua, yaitu :
1. Mensyewik
(Sosial-Demokrat) yang berhaluan Sosialis. Kelompok ini dipimpin oleh George
Plekhanov yang kemudian digantikan oleh Kerensky.
2. Bolsyewik
(Radikal Revolusioner) yang berhaluan Komunis. Kelompok ini dipimpin oleh
Vladimri Ulyanov yang dikenal dengan nama samarannya : Lenin. Kemudian digantikan oleh Josef Dschugaschvili yang lebih
dikenal dengan nama Stalin.
C. REVOLUSI 1905
Sebab-sebab :
1. Keinginan rakyat akan pemerintahan yang
liberal
2. Kekecewaan rakyat terhadap pemerintahan
reaksioner dari Tsar
3. Tuntutan tentang perbaikan nasib kaum buruh
dan tani
4. Kekalahan Rusia dalam Perang Rusia – Jepang
tahun 1905 melemahkan pemerintahan Tsar sehingga kaum revolusioner berani
memberontak.
5. Peristiwa minggu Berdarah meluapkan semangat
revolusioner
Jalannya Pemberontakan
Dimulai dengan pemogokan umum di Petrograd
(kemudian dirubah menjadi Leningrad) yang segera diikuti oleh seluruh negara.
Kaum buruh di Petrograd membentuk dewan buruh yang kemudian diikuti oleh
buruh-buruh di seluruh negeri. Akhirnya Tsar Nicholas II menyanggupi untuk
memberikan UUD melalui Oktober Manifesto 1905. Kaum liberal merasa puas. Namun kaum sosialis dan komunis
(Mensyewiki dan Bolsyewiki) merasa tidak puas dan melakukan pemberontakan.
Pada bulan Agustus Tsar menyetujui
pembentukan Duma (parlemen). Namun, Duma itu hanya dimaksudkan sebagai
badan penasihat. Walaupun Duma dipilih oleh rakyat namun tidak semua rakyat mempunyai hak pilih.
Sehingga perubahan ini hanya menyakitkan hati rakyat. Maka pada bulan Oktober
kembali muncul gelombang permogokan.
D. DEWAN SOVIET
. Dewan Soviet (Dewan Buruh) adalah
organisasi politik untuk mengatur perjuangan ekonomi dan politik kaum buruh.
Dewan seperti itu telah muncul di seluruh Rusia dan menentang pihak penguasa.
Dewan-dewan soviet itu dibentuk untuk melayani keperluan perjuangan kaum buruh
sehari-hari, seperti mengatur aksi permogokan, menyebarkan brosur, mengumpulkan
makanan, obat-obatan, angkutan dan sebagainya. Dalam perkembangannya organisasi
ini menjadi sebuah organisasi yang sangat revolusioner. Banyak kaum buruh
menganggap Dewan Soviet itu sebagai pemerintahan mereka sendiri. Sehingga dewan
soviet itu merupakan sesuatu pemerintahan yang bersaing dengan pemerintahan
Tsar.
Untuk menentramkan suasana Tsar memperlunak
sikapnya, namun usaha Tsar tersebut gagal menyenangkan hati kaum buruh. Pada
bulan November kembali muncul gelombang pemogokan yang ketiga. Dalam aksi kali
ini, tuntutan utama kaum buruh adalah penurunan jam kerja menjadi 8 jam per hari.
Tuntutan itu tentunya tidak disukai oleh
kaum majikan. Akan tetapi kaum majikan memilih untuk tidak melibatkan diri
dalam pergolakan itu, karena mereka sendiri menginginkan reformasi politik
terbatas. Sementara itu, pemerintahan mengizinkan kelompok rasial yang bernama
‘Ratusan Hitam’ untuk menyerang kaum buruh.
Pada 3 Desember 1905 soviet di Petrograd
dibubarkan. Sedangkan soviet di Moskow melakukan pemberontakan, tetapi dapat
dihancurkan dengan susah payah setelah bentrokan selama 9 hari. Walaupun
diilhami oleh pengalaman Revolusi Perancis, namun dewan-dewan soviet itu muncul
secara spontan oleh kelas pekerja.
Pada mula-mulanya, Partai Bolsyewik tidak
merisaukan diri dengan soviet-soviet itu, karena dianggap tumpang tindih dengan
peranan partai politik. Golongan Bolsyewik masih berpegang kepada cara-cara
formal sehingga bergerak dengan tidak leluasa. Pada umumnya kader partai
Bolsyewik mengecilkan perjuangan rakyat yang mereka anggap tidak strategis.
Akan tetapi peristiwa-peristiwa yang
terjadi pada tahun 1905 memaksa kaum Bolsyewik untuk merubah sikap. Lenin yang
pada waktu itu berada di luar negeri, melihat potensi yang besar pada Dewan
Soviet. Ia meyakinkan melalui perdebatan sengit bahwa partai Bolsyewik perlu
membuka pintu seluas-luasnya kepada dewan-dewan soviet itu dan menyambut
beribu-ribu kaum buruh radikal yang ingin menjadi anggota partai. Para kaum
buruh muda itu sangat diperlukan untuk mengimbangi kader partai lama yang
terbukti terlalu konservatif dalam pergolakan tahun 1905.
E. REVOLUSI
PEBRUARI 1917
Banyaknya demonstrasi yang dipelopori oleh
dewan-dewan soviet yang seakan tak kenal lelah melemahkan kedudukan Tsar
Nicholas II. Kekalahan-kekalahan yang diderita Rusia dalam Perang Dunia I,
semakin menggoyahkan kedudukan Tsar. Keadaan ini memudahkan terjadinya
perebutan kekuasaan yang dipelopori oleh Partai Sosialis Mensyewik. Partai ini
pada saat itu menguasai mayoritas suara pada Dewan Soviet seluruh Rusia. Tokoh
utama pelaku pemberontakan ini adalah Aleksandr
Fyodorovich Kerensky yang biasa disingkat dengan Kerensky. Peristiwa ini disebut dengan Revolusi Pebruari 1917.
F. REVOLUSI BOLSYEWIK (REVOLUSI OKTOBER 1917)
Pada tanggal 20 Oktober 1917 dengan
sembunyi-sembunyi Lenin kembali ke Uni Soviet dari persembunyiannya di
Finlandia. Pada tanggal 23 Oktober 1917 Lenin mengadakan pertemuan rahasia
dengan Sentral Komite Partai Bolsyewik. Setelah melalui perdebatan yang panjang
Lenin berhasil meyakinkan anggota Sentral Komite untuk segera melakukan
pengambilalihan kekuasaan (kudeta). Trotsky sebagai Ketua Dewan Soviet
Petrograd memimpin persiapan-persiapan kudeta.
Malam hari atau tanggal 25 Oktober 1917 (tanggal 7
November 1917 menurut Kalender Gregorian di Rusia) kekuatan bersenjata kaum
Bolsyewik mengambil alih obyek-obyek vital, fasilitas komunikasi dan
gedung-gedung publik di Petrograd. Sebagian anggota kabinet Pemerintahan
Sementara ditangkap. Namun Kerensky berhasil meloloskan diri. Pada tanggal 7
November 1917, diadakan Kongres Dewan Soviet Seluruh Rusia. Dalam kongres
tersebut Partai Bolsyewik menjadi mayoritas dengan mengantongi 390 kursi dari
650 kursi yang ada. Sedangkan golongan Mensyewik dan beberap partai lainnya
menarik diri dari kongres sebagai protes
terhafap kudeta yang dilakukan oleh Partai Bolsyewik.
Pada tanggal 8 November 1917, kongres mengesahkan
kudeta yang dilakukan oleh Bolsyewik dan menetapkan berdirinya Pemerintahan
Soviet. Sedangkan Lenin diangkat
sebagai Ketua Dewan Komisaris Rakyat, yaitu badan pemerintahan Soviet yang
baru. Kongres juga menyetujui kebijakan perdamaian dan pembagian tanah.
Pada bulan Januari 1918 diadakan pemilihan umum
yang bebas untuk memilih anggota Dewan Konstituante. Dalam pemilu tersebut
Partai Mensyewik dan Sosialis Revolusioner yang bertentangan dengan Lenin
memenangkan suara mayoritas. Tanpa ragu-ragu Lenin membubarkan secara paksa
dewan hasil pemilu tersebut. Dengan demikian Lenin mulai menunjukkan
kediktatorannya.
PENGARUH REVOLUSI RUSIA TERHADAP PERKEMBANGAN
PERGERAKAN NASIONAL DI INDONESIA
1. MASUKNYA FAHAM KOMUNIS KE INDONESIA
Hendricus
Josephus Franciscus Marie Sneevliet, yang lebih dikenal dengan nama Sneevliet
adalah tokoh utama yang membawa faham komunis ke Indonesia. Ia bergabung dalam
Partai Buruh Sosial Demokrat (Sociaal
Democratische Arbeid Partij) di Nederland hingga tahun 1909, yakni sebagai
anggota Dewan Kota Zwolle. Setelah itu
dia diangkat sebagai pimpinan serikat buruh kereta api (National Union of Rail and Tramway Personnel) pada tahun 1911. Dia
memimpin pemogokan-pemogokan buruh di Belanda, sehingga membuat namanya masuk
dalam ‘daftar hitam’ di Belanda.
Tahun 1913, untuk kali pertama, ia menginjakkan
kaki ke Indonesia. Tepat pada saat itu, dunia pergerakan di Hindia Belanda
tengah bersemi. Sneevliet. Pada awalnya ia bekerja sebagai jurnalis pada surat
kabar Soerabajaasch Handelsblad di kota Surabaya. Tidak lama kemudia ia pindah ke Semarang dan diangkat menjadi
sekretaris di sebuah perusahaan. Bagi Sneevliet tinggal di Semarang lebih
menguntungkan karena kota itu merupakan pusat dari serikat buruh tertua di
Indonesia, yaitu Vereniging vam Spoor en Tramweg Personeel (VSTP).
2. BERDIRINYA ISDV
Di Semarang Sneevliet aktif menjadi sekretaris dari
Handelsvereeniging (Asosiasi Buruh). Pada tahun 1914, ia mendirikan sebuah
organisasi politik yang diberi nama Indische Sociaal Democratische Vereniging
(ISDV). Beberapa tokoh Belanda yang aktif membantu Sneevliet adalah Bergsma,
Adolf Baars, Van Burink, Brandsteder dan HW Dekker. Pendukung utama ISDV adalah
kalangan buruh buruh kereta api yang bernaung dibawah organisasi VTSP
Dalam waktu yang bersamaan, Pergerakan nasional di
Indonesia tengah mengalami masa terang. Sarekat Islam, terus membesar dengan
jumlah anggota mencapai puluhan ribu yang tersebar di berbagai daerah. Oleh
karena itu ISDV, merubah haluan dengan menitik beratkan pada perekrutan anggota-anggota dari Sarekat
Islam. Organisasi ISDV bergerak cepat dengan strategi mereka untuk merekrut
massa dari SI. Semaun, Darsono dan Alimin, adalah pimpinan-pimpinan SI Semarang
yang berhasil direkrut oleh Snevlieet. Di bawah pengaruh ISDV tokoh-tokoh muda
SI ini menjadi radikal. Pengaruh ISDV yang semakin kuat mengkhawatirkan
pemerintah Hindia Belanda, sebab pada saat yang sama, pemogokan-pemogokan buruh bertambah kuat dan meluas.
3. PENGARUH REVOLUSI BOLSYEWIK 1917
Kemenangan Revolusi Bolsyewik di Rusia disambut
dengan antusias. Adolf Baars dengan
berapi-api menyerukan agar Revolusi di Rusia juga di ikuti sekarang juga di
Hindia Belanda. Terinspirasi oleh gerakan revolusi yang dilakukan oleh Bolsyewik,
ISDV mulai mengorganisir kalangan militer dengan membentuk dewan-dewan tentara
dan pelaut. Dalam waktu tidak lebih dari
tiga bulan sekitar tiga ribu prajurit dan pelaut menjadi anggota gerakan yang
kemudian dikenal dengan nama Tentara Merah (Ingat Tentara Merah ketika terjadi
Revolusi Bolsyewik di Rusia). Kaum merah mengorganisir demonstrasi yang
dilakukan oleh serdadu dan pealaut sehingga menimbulkan bentrokan dengan
polisi.
Darsono melalui surat kabar Het Vrije Woord milik ISDV menyerukan pemberontakan dan
dikibarkannya bendera merah. Sedangkan partai-partai moderat seperti Budi
Utomo, Insulinde dan SI mendesak agar pemerintah Belanda menggantikan Volksraad
menjadi parlemen pilihan rakyat. Krisis November mulai segera mereda setelah
Gubernur Jenderal van Limburg Stirum
menjanjikan akan melakukan perubahan-perubahan yang luas.
Setelah keadaan dapat dikuasai pemerintah Belanda
melakukan tindakan-tindakan keras. Anggota militer yang indisipliner dihukum
berat, sedangkan pegawai negeri yang terlibat dimutasikan. Darsono, Abdul Muis
dan beberapa pemimpin Indonesia lainnya ditangkap. Sedangkan Sneevliet pada
bulan Desember 1918, akhirnya diusir dari Indonesia..
4. PENGARUH KOMUNISME INTERNASIONAL (KOMINTERN)
Setelah para pimpinannya diusir dari Indonesia,
ISDV pun mulai kehilangan kendali. Juga mulai dijauhi massa akibat
prinsip-prinsip radikal mereka yang masih belum bisa dipahami. Pada kongres
ISDV ke-7 bulan Mei 1920 dibahas mengenai perubahan nama ISDV menjadi Partai
Komunis Hindia. Tujuan dari perubahan nama ini adalah untuk membedakan dengan
kelompok sosialis revisionis yang mereka sebut sebagai Kaum Spsialis Palsu.
Selain itu perubahan nama ini juga untuk menunjukkan hubungan kekeluargaannya
dengan Partai Komunis yang di Rusia. Pada tanggal 23 Mei 1920 ISDV menjadi
Partai Komunis Hindia. Tujuh bulan kemudian, partai ini mengubah namanya
menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI) dan Semaun terpilih sebagai ketua.
Ketika Komintern (Komunisme Internasional) tebentuk
pada tahun 1919 pengaruhnya telah terasa di Indonesia. Sejak saat itu pula
langkah-langkah politik PKI senantiasa mengikuti doktrin-doktrin dari Komintern
di Rusia. Diantaranya karean kegagalan dalam merencanakan program komunis di
Asia, maka Lenin menyatakan bahwa untuk Asia garis politik Komintern harus
mendekati dan bekerjasama dengan kaum borjuis nasional dan organisasi nasional
rakyat terjajah. Kaum borjis nasional yang dimaksudkan adalah kaum cendekiawan
yang merupakan pelopor pergerakan nasional di Asia. Pada Kongres Komintern yang
kedua pada bulan Juli 1920, Kongres Komintern juga menyetujui taktik PKI untuk
bekerja di dalam tubuh SI. Akan tetapi Komintern menolak gagasan Pan Islamisme
yang dilontarkan oleh tokoh-tokoh SI.
5. DOKTRIN DIMITROV
Karena kegagalannya dalam pemberontakan yang
ceroboh pada tahun 1926, maka kegiatan PKI di Indonesia dibubarkan oleh
pemerintah Kolonial Hindia Belanda. Hampir sepuluh tahun kemudian komintern
mengirimkan seorang tokoh PKI ke Indonesia. Tokoh itu adalah Muso yang pada
bulan April 1935 mendarat di Surabaya. Dengan bantuan Joko Suyono, Pamuji dan
Achmad Sumadi ia berhasil membentuk organisasi yang diberi nama “PKI Ilegal”.
Muso dikirim ke Indonesia untuk menjalankan kebijakan baru dari Komintern yang
kemudian dikenal dengan sebutan Doktrin Dimitrov (Georgi Dimitrov adalah Sekjen
Komintern tahun 1935 – 1943). Doktrin itu berbunyi “Gerakan Komunis harus
bekerjasama dengan kekuatan manapun juga, termasuk kaum imperialis, asal saja
mengahadapi kaum Fasis”. Pada waktu bayang-bayang bahaya fasisme Jerman dan
Jepang sedang menghantui dunia.
Sesuai dengan doktrin tersebut diharapkan
pemerintah Belanda melunakkan sikapnya terhadap kaum komunis di Indonesia.
Namun harapan itu ternyata tidak dipenuhi oleh Pemerintah Kolonial
Hindia-Belanda. Bahkan Muso sendiri pada tahun 1936 sudah meninggalkan
Indonesia lagi. Kegiatan utama PKI kemudian disalurkan lewat Gerindo (Gerakan Rakyat Indonesia) yang
dipimpin oleh Amir Syarifuddin.
B.
REVOLUSI INDUSTRI
Faktor-faktor pendorong :
1.
Inggris kaya bahan tambang sebagai
bahan mentah / baku industri.
2.
Letak Inggris yang strategis di
Atlantik pada lalu lintas perdagangan Eropa – Amerika, sehingga Inggris kaya
karena perdagangan.
3.
Inggris relatif aman dibandingkan
negara-negara Eropa yang lainnya.
4.
Adanya hubungan yang baik antara pemerintah
dengan kaum “enterpreneur” (pengusaha).
5.
Ketekunan rakyat Inggris untuk
mengadakan penelitian didukung oleh pemerintah dengan mendirikan “Royal Society
For Improving Natural Knowledge”, 1662.
6.
Jumlah penduduk Inggris yang
besar, sebagai tenaga kerja di pabrik-pabrik.
7.
Terjadinya Revolusi Agraria, yaitu perubahan fungsi tanah pertanian kaum
bangsawan menjadi tanah untuk peternakan domba sebab ekspor kain wol lebih
menguntungkan. Sehingga banyak petani kehilangan pekerjaan dan urbanisasi ke
kota.
Revolusi Industri ditandai dengan banyaknya penemuan-penemuan baru oleh
para ahli seperti Abraham Darby, James Watt, John Kay, Symington, Niepce,
dan lain-lain.
Akibat-akibat dari
Revolusi Industri :
1.
Timbul Industri besar-besaran
2.
Timbul golongan Borjuis dan Proletar
3.
Urbanisasi besar-besaran
4.
Muncul Kapitalisme dan
Imperialisme Modern
5.
Timbul Revolusi Sosial
PENGARUH
REVOLUSI INDUSTRI DI INDONESIA
Revolusi
Industri yang terjadi di Inggris tidak terlepas dari adanya jajahan Inggris di
India. Salah satu syarat dari munculnya revolusi industri itu adalah
tersedianya kekayaan akan uang dan emas. Pemerasan yang dilakukan Inggris di
India, memberikan sumbangan modal terjadinya revolusi industri tersebut.
Dengan
kemajuan yang dicapai setelah Revolusi Industri, maka Inggris menjadi negara
pertama yang menentang politik ekonomi merkantilisme dan menghendaki
perdagangan bebas. Pada mulanya perdagangan bebas yang diterapkan Inggris
ditentang oleh negara-negara Eropa lainnya yang masih menerapkan proteksionisme
dalam perdagangan. Akan tetapi setelah negara-negara Eropa juga melaksanakan
industrialisasi, maka perdagangan bebas dan faham liberalisme berkembang di
Eropa.
Sebagai
negara industri, Inggris memelopori penerapan imperialisme modern. Dengan
imperialisme modern, Inggris ingin menjadikan tanah jajahan sebagai tempat
pemasaran hasil industrinya, tempat untuk mendapatkan bahan mentah industrinya
dan tempat untuk menanamkan modalnya di negeri jajahan yang memiliki tenaga
kerja yang murah. Inggris sudah memiliki kain-kain tenun sebagai hasil Revolusi
Industri yang dapat diperdagangkan di Asia dengan harga yang lebih murah
daripada kain tenun buatan penduduk pribumi. Bagi Inggris, dengan industrinya
yang sudah maju, perdagangan dianggap lebih menguntungkan daripada pemungutan
upeti, dan tanah-tanah jajahannya. Untuk itu daya beli masyarakat negeri
jajahan perlu ditingkatkan.
PENERAPAN
LIBERALISME OLEH THOMAS STAMFORD RAFFLES (1811 – 1816)
Pemerintahan
raffles didasarkan atas prinsip-prinsip liberalisme seperti yang telah diterapkan
Inggris di negaranya maupun di negeri-negeri jajahannya seperti India. Dengan
prinsip liberalisme itu Raffles hendak mewujudkan kebebasan dan kepastian
hukum. Prinsip kebebasan itu mencakup kebebasan untuk menanam dan kebebasan
perdagangan. Keduanya akan menjamin kebebasn produksi untuk ekspor.
Dibandingkan dengan Belanda, Inggris jauh lebih maju perkembangan
industrinya. Lebih-lebih setelah adanya Revolusi Industri di negara tersebut.
Sebagai negara industri Inggris memandang negeri jajahan sebagai daerah untuk
mendapatkan bahan mentah dan tempat pemasaran hasil industrinya. Sistem pasar
bebas dan kesejahteraan jajahan merupakan faktor penentu keberhasilan politik
imperialismenya. Dengan diberikan diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan
rakyat . Dan rakyat yang cukup kesejahteraannya akan memiliki daya beli yang
cukup untuk membeli barang-barang industri Inggris.
Raffles
menerapkan sistem pajak tanah (landrent
system) seperti yang diterapkan di India. Kesejahteraan rakyat akan dicapai
dengan cara memberikan kebebasan dan jaminan hukum sehingga rakyat tidak
menjadi korban kesewenang-wenangan para penguasa. Beberapa hal yang menjadi
pokok sistem yang diterapkan Raffles adalah sebagai berikut :
1. Penghapusan
seluruh pengerahan wajib dan kerja wajib dengan memberikan kebebasan menanam
dan berdagang.
2. Pemerintah
secara langsung mengawasi tanah. Pajak tanah dipungut langsung oleh pemerintah
tanpa perantaraan bupati. Tugas bupati hanya terbatas pada dinas-dinas umum.
3. Penyewaan
tanah di beberapa daerah dilakukan berdasarkan kontrak dalam waktu yang
terbatas.
Pelaksanaan politk liberal itu berarti struktur
masyarakat feodal dan feodal perlu dirombak dan diganti dengan dengan sistem
baru atas prinsip legal dan rasional. Pemerintahan harus disusun dalam suatu
birokrasi dengan melepaskan fungsi-fungsi tradisional dan feodal. Maka sistem pemerintahan tidak langsung (inderect rule) peninggalan VOC, karena dalam sistem itu VOC
memanfaatkan peran bupati untuk pengerahan tenaga dan pemungutan hasil bumi.
Hambatan utama dalam pelaksanaan politik ekonomi
liberal oleh Raffles ini adalah masih kuatnya kedudukan unsur-unsur feodal dan
sistem ekonomi yang masih tertutup sehingga menyulitkan penerapan sistem
ekonomi uang (monetisasi) sebagai
alat pembayaran pajak dan alat pertukaran dalam perdagangan.
POLITIK EKONOMI LIBERAL OLEH
PEMERINTAH KOLONIAL BELANDA
Dengan kembalinya Pemerintahan Kolonial Belanda di
Indonesia maka sistem liberal yang telah dirintis oleh Raffles dirubah. Bagi
Belanda faktor yang paling menentukan politik kolonialnya adalah keadaan dalam
negerinya sendiri. Negeri Belanda masih agraris dan industri masih belum
berkembang. Lebih-lebih akibat perang yang dilakukan oleh Napoleon negeri
Belanda sangat menderita dan ekonominya sangat merosot. Dalam keadaan seperti
itu politik ekonomi liberal kolonial tidak cocok dan tidak realistis. Sementara
itu prinsip-prinsip liberalisme sudah menyebar ke seluruh Eropa. Di samping itu
sebagai negara yang tidak memiliki angkatan perang yang kuat Belanda seringkali
mendapatkan tekanan dari negara-negara Eropa lainnya agar menerapkan
liberalisme ekonomi. Hal itu dimaksudkan agar negera-negara Eropa itu, utamanya
Inggris dapat menanamkan modalnya di Indonesia.
Sehingga dalam waktu selama kurang lebih tiga puluh
tahun politik kolonial Belanda di Indonesia terombang ambing antara
gagasan liberalisme dan realitas soail
ekonominya baik di negerinya sendiri maupun di di Indonesia. Landelijk Stelsel adalah semacam jalan
tengah diantara kedua pilihan itu. Namun kekurangan modal dan keterbelakangan
industrinya memaksa Belanda mengambil langkah kembali ke sistem VOC dengan
beberapa perubahan yang terkenal dengan Cultuur
Stelsel (Sistem Tanam Paksa).
Akan tetapi dengan semakin
pesatnya perkembangan faham liberalisme, memaksa Belanda untuk menerapkan
politk ekonomi liberal pula. Lebih-lebih setelah kemenangan Partai Liberal
dalam Parlemen Belanda yang mendesak Pemerintah Belanda menerapkan sistem
ekonomi liberal di negeri jajahannya (Indonesia). Hal ini dimaksudkan agar para
pengusaha Belanda sebagai pendukung Partai Liberal, dapat menanamkan modalnya
di Indonesia. Pemerintah Belanda juga mendapatkan desakan pemerintah Inggris untuk menerapkan
sistem ekonomi liberal di Indonesia, agar pengusaha Inggris dapat menanamkan
modalnya di Indonesia.
Sementara itu pada periode
tahun 1850 – 1870 ditandai oleh pesatnya kemajuan perdagangan Eropa, dan Negeri
belanda mendapatkan keuntungan dari perkembangan ini. Masa dua puluh tahun ini bagi Belanda
merupakan periode transisi dari keadaan praindustri ke industri. Sesungguhnya
Revolusi telah dimulai di negeri ini. Pabrik-pabrik dalam berbagai cabang
industri dan jalan-jalan kereta api dibangun. Posisinya sebagai pasar bahan
mentah internasional telah diduduki kembali, pelayaran maju dengan cepat,
bank-bank baru didirikan. Tidak dapat disangsikan lagi, bahwa cultuurstelsel
ikut serta membantu membangun kembali ekonomi secara besar-besaran.
Dengan dikeluarkannya
undang-undang Agraria, 1870, Indonesia memasuki zaman penjajahan baru, yaitu zaman
pemerintahan leberal kolonial. Jika sebelum tahun 1870 Indonesia dijajah dengan
model imperialisme kuno (ancient
imperialism), yaitu hanya dikeruk saja kekayaannya, maka sejak tahun 1870
di Indonesia diterapkan imperialisme modern (modern imperialism). Hal ini berarti Indonesia dijadikan tempat
untuk mendapatkan :
1. Bahan mentah atau bahan baku
industri di Eropa
2. Tenaga kerja yang murah
3. Tempat pemasaran barang-barang
produksi Eropa
4. Tempat penanaman modal asing
No comments:
Post a Comment